Minggu, 27 Maret 2016

KESAKSIAN HIDUP


KUMPULAN KISAH HIDUP

Mencari Tuhan serta Kasih-Nya dalam hidup sesama. Di sana ada pesan bagi kita untuk hidup bersama dalam kasih.

  1. Ingin Cepat Kaya Dengan Jimat
  2. Berambisi Sukses, Anak Jadi Korban
  3. Aku dan Kondektur
  4. Semua Salah di hadapan suamiku
  5. Karya Tuhan Yang Ajaib Dalam Hidupku
  6. Anak Manja Terjerumus Dalam Dunia Kriminal

AKU DAN KONDEKTUR

AKU DAN KONDEKTUR

OLeh: Winda R. Purba

Hariku melelahkan… Deadline kerjaan yang tak ada habis-habisnya, komplain klien yang bertubi-tubi, negosiasi yang alot dan tak kenal ampun menguras otak, sampai hal-hal sepele yang dilakukan temanku dan membuatku sensitif, menjadikan hariku luar biasa jenuh dan kesal hari ini. Padahal kalo dipikir-pikir, berapa sih gajiku sampai beberapa hari belakangan ini aku rela pulang di atas jam 9 malam terus? Rasanya lelah sekali… Semakin dipikirkan, semakin stress rasanya!

Huh…syukurlah hari ini telah berlalu. Dengan maksud nikmat dan hemat, hari itu aku naik bis PPD regular ke rumahku. Aku duduk persis di kursi berjajar panjang pada posisi paling belakang. Aku menghela nafas… Memikirkan semua hal yang terjadi di kantor hari ini. Sambil musik tetap mengalun dari radio handphoneku, aku mencoba untuk melupakan kekesalanku sepanjang hari ini. 
Memasuki tol Kebun Jeruk menuju ke Tangerang, aku merenung tidak menentu… Memikirkan ini, memikirkan itu… Nggak jelas… Jalanan sepi dan lancar. Maklum, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Sampai akhirnya mataku menangkap kegalauan hati seseorang di keremangan lampu bus. Kenek bus yang kutumpangi. 


Di semburat wajah tuanya, kusam bajunya, dan dinginnya udara dari pintu belakang bus yang sudah tidak dapat lagi tertutup rapat, ia terduduk di tangga bus sambil tangannya memegang pintu bus. Lama ia mencoba menembus buramnya kaca bus untuk dapat melihat keluar, sampai ketika bus sudah melewati perbatasan Jakarta – Banten, ia pun tertidur. Dari tidurnya, aku dapat mengetahui bahwa ia tidak tenang, karena sepanjang dia tidur aku tidak melepaskan mataku daripadanya. Terkadang ia terbangun kaget, kemudian dengan mata sayu, ia kembali tidur lagi. Begitu seterusnya sampai kami keluar pintu tol Karawaci, Tangerang.

Begitu penumpang banyak turun di daerah Islamic / Lippo Karawaci, ia pun duduk di sampingku. Dari aroma tubuhnya, aku tahu dia bekerja keras hari itu, melewati panas dan hujan. “Di Blok-M panas, di Tangerang hujan”, begitu ujarnya. Dari logatnya, aku hafal benar kalau dia orang Batak. Tidak sedikitpun ada rasa enggan di diriku untuk ngobrol dengannya, yang ada malah aku ingin sekali dia bercerita tentang semburat wajahnya yang menyembunyikan masalah. 

Ternyata keluhnya hanya satu : “Capek kali hari ini, tapi lebihan untuk kami masih sedikit… Kayaknya kami belum bisa pulang, mungkin masih dapat 1 rit lagi ke Blok-M untuk nambah-nambah hidup. Bensin pun belum diisi… Pusing!”

Sesaat aku terdiam. Jam kerjanya pasti di atas jam kerjaku. “Keluar pool jam 5.30 sampe pool nanti bisa jam 23.30!”, tukasnya. Delapan belas jam dia kerja, dan yang dicarinya lebihan uang dari jumlah uang yang harus ia setor tiap harinya. “Emang biasa lebihannya dapat berapa Bang?”, tanyaku. “Paling nggak dapatlah aku 50,000.00 ya…tapi kalo malam minggu sih bisa lebih…segitu aja udah ngepas, kan bagi dua sama supir”. Dia cerita kalo supir pasti dapat lebih banyak dari kenek, karenanya kalo sehari hanya dapat lebihan 100ribu, kebayang khan kalo pembagiannya 60-40, dapet berapa kerja 18 jam…?? Dia sih cerita kalo dia digaji juga sama PPD, tapi berapa sih gaji mereka dibanding kebutuhan hidup sekarang? Trus dia juga tanya aku apakah aku tahu soal demonstrasi yang dilakukan supir dan kenek bus PPD beberapa waktu yang lalu, karena gaji mereka yang tertahan. Aku biarkan dia menjelaskannya... aku dengarkan keluh kesahnya...

Huh…begitu turun dari bus dan berjalan mencari angkot ke rumah, aku berpikir dan merenungkan obrolan singkat kami tadi. Obrolan singkat itu menyadarkanku, betapa aku lupa bersyukur atas hari ini… Lupa bersyukur untuk kesehatanku, pekerjaanku, untuk lemburan yang aku dapat, dan untuk jam kerja yang tidak sepanjang kenek tadi tetapi juga tidak berpenghasilan di bawah penghasilan kenek tadi. Aku tahu dan hapal benar, bahwa betapapun susahnya kurasakan hidupku, masih ada orang yang lebih susah dariku. Tapi hari ini aku tidak bersyukur…
Tuhan tahu saat kita sudah lama tidak bersyukur padaNya. Ia akan memberikan kita “reminder” yang tidak sengaja seperti ini. It is called “ACCIDENTALLY REMINDER”. We call it accidentally, but God made it PURPOSELY for us.

SEMUA SALAH DIHADAPAN SUAMIKU

SEMUA SALAH DIHADAPAN SUAMIKU

Oleh: Rachel Rihi

Pernikahan bahagia merupakan harapan yang dibawa oleh pasangan suami dan istri sebelum masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka. Meskipun begitu badai kehidupan sepertinya tidak serta merta membiarkan kita hanya menikmati kesenangan. Halangan dan ujian menjadi teman seperjalanan pasangan menuju pernikahan bahagia.
Hal yang sama dirasakan oleh Rachel Rihi. “Harapan saya, setelah menikah saya berharap banyak untuk bisa bahagia.” Sehingga dia memutuskan untuk menikah muda. Namun kehidupan pernikahan yang diidamkannya, berubah menjadi sengsara. Bukannya kasih sayang yang dicurahkan, Sang suami Petrus Rihi kerap berlaku kasar. Entah itu dengan perkataan hingga pukulan.
Satu saat, Rachel ada urusan di luar rumah dan menyampaikan keperluan itu kepada sepupu suaminya. Sepulangnya ke rumah, Petrus sudah berdiri di depan rumah. Merasa tidak ada masalah, dia pun berusaha masuk ke rumah. Namun yang menantinya di depan ternyata masalah besar.
“Tanpa basa-basi dia langsung memukul. Menyeret saya ke kamar dan menginjak-nginjak tubuh saya. Padahal dia tahu saya tengah hamil,” ungkap Rachel. Kesedihannya semakin bertambah karena suaminya semakin kasar, bahkan saat dalam kondisi mengandung.
Yang diinginkannya saat itu adalah pelukan dan permintaan maaf dari suaminya, namun sepertinya masih tidak mungkin. “Saya ingin suami saya sayang sama saya, tapi di matanya semua yang saya lakukan itu salah.”
Petrus mengakui kekerasan yang dilakukannya terhadap Sang istri. Saat itu, dirinya beranggapan bahwa hal itu dilakukan agar istrinya tunduk pada suami. Namun dirinya tahu bahwa emosinya memang telah menyakiti Rachel, “Kalau saya lagi emosi, saya engga pandang dia istri atau tidak,” kata Petrus.
Pertengkaran tidak hanya terjadi di dalam rumah, bahkan saat sedang makan di luar, Petrus tetap berlaku sama, marah dan berteriak. Apapun yang Rachel lakukan, semua serba salah. Emosi yang meledak-ledak dari Petrus bahkan pernah berujung pada ancaman dengan pisau.
Tidak pernah terbayangkan oleh Rachel, ancaman seperti ini dilakukan oleh suaminya. Merasa tersudut, Rachel tidak tahu apa yang harus dilakukannya. “Saya merasa tekanan sangat berat. Tidak ada yang mendukung, anak juga masih kecil.”
Lantas dia beranggapan bahwa tidak ada yang bisa membantunya. Tidak tahan dengan perlakuan suaminya, Rachel sempat berpikir untuk bercerai. Namun saat melihat anak-anaknya, dia tahu bahwa merekalah yang akan menjadi korban. Selain itu, dia juga tahu bahwa Tuhan tidak akan menyukai keputusan tersebut. Untuk itu dirinya bertekad untuk menjadi pribadi yang kuat dalam mengarungi setiap badai kehidupan pernikahannya dan tetap mendoakan suaminya.
Pada satu hari, Petrus berangkat kerja dan terjadilah kecelakaan. “Engga sadar, tiba-tiba motor jatuh sendiri. Lalu ada mobil yang melaju kencang dari belakang dan menabrak saya. Saat itu saya pasrah, saya pikir saya akan kelindas, namun ternyata tidak demikian.”
Selepas kejadian naas itu, Petrus sadar. Dia merasa seperti sedang ditegur Tuhan. “Saya yang sebelumnya tidak pernah mengucap syukur, malam itu terucap. Saya katakan, ‘Makasih Tuhan, Tuhan Yesus baik’.”
Ketika ibadah bersama, hamba Tuhan berbicara tentang pengampunan.Inilah yang kemudian menggerakkan Rachel untuk mengampuni suaminya. “Walaupun berat, saya harus mengampuni. Saya berkata pada suami bahwa, sebelum suami saya minta maaf, saya sudah mengampuni dia.” Melepaskan rasa sakitnya, Rachel mengambil keputusan untuk mengampuni suaminya.
“Mendengar itu, saya merasa seperti terlepas, ada damai sukacita saat mendengarnya,” kata Petrus. Meskipun dirinya tidak secara langsung mengutarakan permintaan maafnya, namun dia benar-benar menyesal dengan perlakuan kasarnya.
“Saya baru sadar sekarang, bahwa istri saya adalah perempuan yang kuat. Kalau saya ingat lagi perlakuan kasar saya ke istri, saya sangat menyesal,” ujar Petrus. Hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya, disiapkan khusus untuk Rachel. Sambil memberikan kejutan manis, Petrus mengucapkan permintaan maafnya berulang kali kepada istrinya.
Sekarang, Rachel menikmati perubahan yang telah Tuhan anugrahkan dalam kehidupan pernikahannya. “Dia sekarang lebih bisa mendengar saya. Bila dulu ringan tangan, sekarang dia menjadi suami yang penuh kasih,” ungkap Rachel. “Saya percaya pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dalam keluarga kecil saya. Damai sukacita Tuhan pasti menyertai keluarga saya, yang terus berjalan bersama Tuhan.”

Meskipun suami adalah pemimpin dalam keluarga, Allah mengkehendaki mereka untuk mengasihi istri dan anak-anaknya. Sedangkan istri berperan sebagai penolong yang sepadan artinya sebagai sahabat, partner yang mendukung dan melengkapi suami untuk menggenapi visi Allah. Sebab Kolose 3: 19 menuliskan, ‘Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia’. 

TUHAN DIAMBIL ORANG..!??

Berita dari Pekuburan

Yohanes 20 : 1 – 10

Selamat merayakan Paskah, Yesus Kristus Telah Bangkit. Shalom
  
Seorang tokoh dalam novel karya Ernest Poole yang berjudul The Harbor (Pelabuhan) berkata dengan sinis, "Sejarah hanyalah kumpulan berita dari pekuburan." Namun ada satu berita yang merupakan perkecualian dari semua pekuburan lain yang hanya meninggalkan pesan kematian, yakni berita yang menggemparkan dari kubur tempat Yesus dimakamkan. Berita itu adalah bahwa maut telah dikalahkan dan pintu menuju hidup yang kekal telah dibuka oleh tangan-Nya yang berlubang paku (1Korintus 15:54-57). Itulah kesimpulan dengan pendekatan iman yang sungguh, matang dan tak tergesa-gesa.

Beda benar dengan kesimpulan yang tergesa-gesa dari Maria Magdalena yang pagi-pagi sekali telah datang ke pekuburan Yesus Kristus. Maria berkata : "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan (ay.2). Kesimpulan Maria ini sangat mustahil sebenarnya, sebab kubur itu disegel dan dijaga tentara elit Romawi, tidak mungkin orang Yahudi mencuri mayat Yesus. Apalagi kain pembungkus tubuh dan kepala jenazah Tuhan Yesus ditinggalkan dalam keadaan tetap utuh seperti semula. Mana mungkin orang mencuri mayat Yesus dengan meninggalkan pakaian yang dikenakanNya. Meski laporan dari kesimpulan yang diambil tergesa-gesa itu tapi kabar itu cukup membuat murid-murid panik dan menghebohkan di pagi itu. Suatu kabar dari pekuburan yang menghebohkan perempuan-perempuan, Simon Petrus, dkk.

Bila Maria Magdalena berkesimpulan seperti itu, adalah wajar sebab ia sangat mencintai Yesus. Ia mencintai Yesus  karena ia mendapat terlalu banyak dari Yesus. Sayangnya, ternyata kasih yang tulus kepada Yesus Kristus, jika tidak dilandasi dengan kesimpulan bahwa Ia tidak bangkit, maka kasih itu sia-sia belaka. Kasih tanpa kebangkitan adalah kasih yang menuntun orang kepada kecemasan, kegelisahan, dan kepanikan semata. Sebaliknya, kasih yang disertai kebangkitan Yesus Kristus adalah kasih yang menghadirkan rasa tenang, aman, dan membahagiakan. Kabar dari pekuburan seperti yang diungkapkan Ernest Poole bagai panjar sudah diberikan, atau asuransi sudah digenggam dalam tangan. Apakah Tuhan kita adalah Tuhan yang bangkit, ataukah Tuhan kita adalah Tuhan yang diambil orang seperti kata Maria Magdalena? Jawaban yang tepat dan matang beriman  terhadap berita dari pekuburan adalah bahwa kubur itu kasong. Tidak dicuri orang. Ia bangkit.

Kekuatan terdahsyat yang tak dapat dipungkiri maupun dielakkan adalah ketika kematian ditaklukkan-Nya. Kubur yang kosong membuktikan bahwa Sang Hidup tak dapat dikalahkan maut dan iblis, sebaliknya maut dipecundangi-Nya. Kebangkitan Yesus Kristus membuktikan kebenaran ucapan-ucapan-Nya tentang diri-Nya dan tentang maksud kematian-Nya yaitu memberikan nyawa-Nya untuk tebusan nyawa kita dari kuasa dosa dan kuasa maut. Fakta kubur kosong, kebangkitan Yesus Kristus mampu mengangkat seluruh keberadaan kita hingga hidup yang berat dan serba tak menentu sekarang ini dapat kita jalani dan isi dengan pertolongan kuasa kebangkitan-Nya.

Dalam perjalanan beriman kepada Yesus Kristus yang bangkit dari kematian,  tak dapat dipungkiri bahwa kita kerap menjadi seperti Maria Magdalena dan Petrus yang merasa hidup seolah hampa, semangat luruh menjadi letih lesu. Tetapi kemenangan Yesus Kristus merupakan dasar untuk keselamatan kekal kita. Kalau begitu, di lain waktu, tatkala Anda berkendaraan melewati sebuah pekuburan atau menghadiri suatu upacara pemakaman atau melayat jenazah, ingatlah akan Kabar Baik tentang kebangkitan Kristus dan janji keselamatan dan damai sejahtera yang kita miliki. Dalam suasana upacara pemakaman atau melayat jenazah  tidak salah kalau kita berdoa begini :  Kuasailah hidupku ya Tuhan Yesus yang bangkit, agar aku tidak dikuasai kubur. Kalau pun aku harus mati seperti kekasihku ini, aku pasti hidup bersamaMu~~~Amin!                         

 *** Pdt. Emr. M. Jack Karmany,S.Th

Sumber: warta jemaat cetak JMO edisi Minggu 27 Maret 2016

KASIH SEJATI

KASIH SEJATI

John dan Andy bersahabat sejak kecil.  Saat mereka remaja, pecahlah perang dunia kedua.  Mereka berdua harus ikut wajib militer.  Mereka ditugaskan di garis depan medan perang.  Pada suatu pagi yang berkabut, kapten mereka memimpin mereka untuk menyerang markas musuh. 
Namun, sinar matahari telah menghapus kabut itu sebelum mereka sampai di dekat markas musuh.  Mereka pun langsung terlihat oleh musuh.  Musuh segera menembak mereka secara membabi buta.  Mereka kemudian berusaha lari menyelamatkan diri, termasuk John dan Andy.  Sesampainya di markas, ternyata John tidak ada.  Andy segera meminta ijin kepada kaptennya untuk mencari Andy di daerah musuh.  Tentu saja kapten itu menolak karena itu sangat berbahaya.  Bisa jadi John juga telah meninggal.  Namun, Andy tidak menghiraukan larangan kaptennya.  Ia pergi mencari John. 
Setengah jam kemudian Andy kembali dengan berlumuran darah.  Sang kapten pun marah besar dan berkata: “Apa kubilang, John sudah mati dan kau pun tertembak.  Sungguh sia-sia”  Andy berkata: “Tidak sia-sia, karena aku mendengar kata-kata terakhirnya”  Karena penasaran, sang kapten bertanya lagi” “Memangnya apa yang ia katakan sampai kau rela mempertaruhkan nyawamu?”  

John berkata: “Saya tahu kau pasti akan kembali mencariku, aku mengasihimu sahabatku”  Dia mengatakannya sambil tersenyum puas.  Oleh karena kasihnya kepada John, Andy rela mempertaruhkan nyawanya untuk mencari sahabatnya ini.  Memang usaha Andy ini tampaknya sia-sia karena Andy tertembak dan John meninggal.  Namun, sebenarnya hal ini tidak sia-sia karena sampai akhir hidupnya, John melihat bahwa Andy, sahabatnya ini tetap mengasihi dia.

Sabtu, 19 Maret 2016

KARYA TUHAN YANG AJAIB DALAM HIDUPKU



KARYA TUHAN YANG AJAIB DALAM HIDUPKU

oleh : Daisy
Tinggal di kota kecil bukanlah pilihanku, namun aku mensyukurinya. Dari kecil aku bercita-cita untuk menimba ilmu setinggi-tingginya, namun karena kepergian ibu di usiaku yang ke-14 tahun, aku diminta kakakku untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar setelah selesai dapat langsung bekerja. Aku menurutinya, setelah lulus SMK, karena keterbatasan biaya aku tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, lagipula keluargaku tidak ada yang menyetujui aku melanjutkan dengan alasan kalau wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.


Namun aku percaya bahwa Tuhan punya rencana terindah untuk masa depanku. Setelah lulus SMK, aku mencoba melamar pekerjaan, ajaibnya dengan level pendidikan ini aku bisa diterima sebagai teller di salah satu bank swasta asing di kotaku. Aku tekun menabung dengan tekad aku harus bisa melanjutkan kuliah suatu hari nanti. Dua tahun berlalu, akhirnya aku dapat melanjutkan pendidikan strata-1 ku dengan hasil tabunganku, ini juga karena pertolongan Tuhan. Selesai dari S-1 dengan posisi senior officer, aku segera ditawari pindah ke bank swasta lain dengan posisi marketing, tepat seminggu sebelum wisuda aku mengajukan pengunduran diriku. Bukan suatu kebetulan kalau ditempat kerja baruku Tuhan mempertemukanku dengan rekan kerja dan atasan yang juga seiman, sehingga kami dapat bekerja dengan baik dan saling membangun iman dan motivasi. Prestasi demi prestasi kami raih bersama karena perkenanan Tuhan.

Bekerja sebagai banker bukanlah tujuan akhir karirku, aku masih ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi untuk menjadi professional (Notaris). Namun kota dimana aku tinggal tidak menyediakan sarana pendidikan S-2 untuk program pendidikan Magister Kenotariatan (MKn). Aku kembali bergumul dan berdoa, kiranya Bapa mengizinkan aku melanjutkan pendidikanku dan aku percaya kalau Tuhan berkehendak maka akan dibukakan jalannya, tiada yang mustahil bagiNya. Aku mulai mencari fakultas-fakultas terbaik di nusantara, singkat cerita akhirnya aku menemukan fakultas yang menyediakan kuliah malam untuk program studi MKn ini, aku mulai mencoba mendaftar dan mengikuti ujian saringan. Karena ini fakultas hukum terbaik di kota tsb, awalnya aku ragu kalau mampu, tapi puji Tuhan lagi-lagi Dia yang memampukanku, aku diterima.

Setelah menerima pengumuman bahwa aku diterima, aku segera menyusun rencana untuk pindah ke kota dimana aku kuliah. Sebenarnya aku ditawarkan untuk mutasi ke kota tujuanku, namun dengan load pekerjaan sekarang, aku tidak yakin akan kemampuanku, sehingga aku memilih untuk mengundurkan diri, dan mencari pekerjaan di kota tujuanku. Keputusanku untuk pindah kota dan melanjutkan pendidikan sebenarnya tidak disetujui oleh kakakku karena baginya aku terlalu ambisius. Namun aku kembali bertanya kepada Bapa, bila Tuhan berkehendak maka terjadilah, tapi jika bukan tunjukkanlah kepada hambamu ini. Aku melihat kemudahan demi kemudahan yang Tuhan berikan mulai dari mencari fakultas, pendaftaran, ujian saringan, sampai pengunduran diriku, Tuhan buat semua itu lancar, maka aku bertekad melangkah dengan iman untuk melanjutkan pendidikanku, pindah tempat kerja, dan pindah kota.

Bagaikan membuka lembaran hidup baru, aku memulai semuanya dari nol, di kota yang aku belum pernah kunjungi sebelumnya, tapi satu hal yang aku tahu bahwa Bapa akan memeliharaku. Aku mulai mencari pekerjaan dari situs online, dan aku diterima di salah satu bank asing sebagai manager treasury. Aku menganggur tidak lebih dari satu bulan. Sungguh pekerjaan Tuhan yang ajaib, meskipun tanpa database Bapa memberkatiku dalam pekerjaanku dan memampukan aku survive di kota ini. Singkat cerita saat ini aku sukses menyelesaikan studiku tepat waktu dengan prestasi yang sangat memuaskan.

Telah banyak yang Tuhan kerjakan dalam hidupku, bila kulihat hidupku dan karya tanganNya sungguh ku terkagum. Seperti yang tertulis apa yang tak pernah kulihat, kubayangkan, bahkan yang belum pernah timbul dalam hati, Tuhan akan sediakan bagi yang mengasihiNya. Saat ini aku sedang merindukan pasangan hidup yang dari Tuhan. Aku masih memilih untuk percaya menyerahkan masa depanku ke dalam tangan Tuhan, karena rencanaNya adalah damai sejahtera dan hidup yang penuh pengharapan. Bagiku berjalan bersama Tuhan adalah pengalaman terindah dalam hidupku, bukan berarti hidup tanpa masalah dan rintangan, tapi disetiap masalah dan tantangan aku tahu jelas bahwa ada seorang pribadi yang menolongku, menuntunku, memeliharaku, dan aku tidak perlu khawatir, cukup percaya saja. Aku masih menantikan perbuatan-perbuatan dahsyat lainnya disepanjang perjalanan hidupku bersamaNya. Hidup benar, percaya penuh, yakin akan rencanaNya, dan berani melangkah dengan iman, itulah yang kupelajari selama ini.

Menerima Yesus Macam Siapa?



Yohanes 19 : 1 – 16

Oleh: Pdt. Emr. Jack Karmany, S.Th

Di minggu sengsara Yesus Kristus ke-7 yang dikenal juga dengan minggu Palma (latin,Palmarum), kita menyorot frasa yang sudah sangat akrab dengan kita yaitu frasa: menerima Yesus. Dalam peneguhan sidi hari ini, semua calon sidi melalui pengakuan dan janjinya dipahami sebagai telah menerima Yesus Kristus. Betulkah begitu?  Atau hanya suatu kelatahan berucap dalam pengakuan dan janji semata? Mari kita lihat bacaan kita.

Dalam Yohanes 19:16, kita belajar bahwa frasa “menerima Yesus” juga dapat bermakna negatif. Dalam nats ini kita membaca bahwa Pontius Pilatus “menyerahkan” Yesus kepada mereka.  “Mereka” disini menunjuk kepada orang-orang Yahudi, khususnya imam-imam. Selain Pilatus menyerahkan Yesus, Yudas Iskariot pun  menyerahkan” Yesus kepada para imam Yahudi(Markus 14:10-11 dsb). Dan para imam Yahudi menerima Yesus, tapi untuk apa? Untuk menghukum Dia dan mati  salib. Kalau begitu, Sengsara dan kematian Yesus di atas kayu salib nampak seperti transaksi : menyerahkan –menerima. Dan nampaknya dalam transaksi itu Yesus kelihatan seperti seseorang yang kalah, baik dari Pilatus maupun Yudas, dan tidak dapat menyelamatkan diriNya sendiri. Namun sebetulnya, kematian Yesus sama sekali bukan kecelakaan sejarah. Yesus mati, karena memang itu tujuan kedatanganNya (Matius 20:28). Yaitu  Dia sendiri yang memberikan atau menyerahkan nyawaNya (Matius 20:28; Lukas 23:46; Yohanes 19:30; 1 Yoh.3:16) dan manusia untuk menerima Dia. Namun menerima macam apa?

Lukas 19:6 mencatat tentang tokoh Zakheus yang juga “menerima” Yesus. Namun berbeda dengan para imam Yahudi yang menerima Yesus untuk mempermalukan Yesus, menyalibkanNya, dan mendatangkan celaka/hukuman ke atas diri mereka sendiri, Zakheus sebaliknya, ia menerima Yesus untuk bersekutu dengan Dia. Zakheus menerima Yesus di rumahNya. Kata Yunani untuk “menerima” disini bermakna “berada di bawah satu atap“. Perkara menerima seseorang masuk ke dalam rumah tentu bukan hal sepele. Rumah adalah area private setiap orang. Jadi Zakheus telah mengundang Yesus untuk masuk ke area paling private dalam hidupnya, apalagi dalam konteks Zakheus digambarkan juga adanya perjamuan makan. Dan dalam tradisi Yahudi, makan bersama menyiratkan adanya persekutuan. Tidak heran, keputusan Zakheus menerima Yesus dan keputusan Yesus santap bersama dengan Zakheus menimbulkan pergunjingan negatif. Bagaimana bisa, seorang guru agama seperti Yesus bersekutu dengan seorang pemungut cukai? Pemungut cukai dipandang sebagai orang berdosa; kaki tangan penjajah yang seringkali memeras bangsanya sendiri demi kepentingan material pribadi.

Kita melihat sebuah kontras antara para imam dan Zakheus. Para imam Yahudi menerima Yesus dalam anggapan bahwa diri mereka adalah kelompok orang suci yang sedang menghukum orang berdosa, sedangkan Zakheus menerima Yesus dalam pengakuan bahwa dirinya adalah orang berdosa. Namun kita semua mengetahui akhir dari semuanya. Para imam Yahudi itu akhirnya mendatangkan hukuman ke atas diri mereka sendiri, sedangkan tentang Zakheus, Yesus berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun Anak Abraham” (Lukas 19:9).

Bagaimana dengan Anda? Menerima Yesus macam apakah Anda? Menerima Yesus untuk mempermalukan Dia? Ataukah menerima Yesus untuk membuka ruang private kita yang paling pribadi bagi Dia, untuk Dia masuk dan bersekutu dengan kita; menghadirkan keselamatan atas hidup kita?

Bagi kita orang Kristen sebetulnya berlaku Firman dari Kolose 2:6. Kita adalah orang-orang yang telah menerima Kristus Yesus, dan di atas penerimaan itu, kita membangun kehidupan iman kita.Dengan menerima YesusKristus dan membangun hidup bersamaNya maka iblis kalah. Karena itu penggambaran dalam film Passion of Christ karya Mel Gibson sangat tepat, yaitu ketika digambarkan iblis berteriak kalah pada detik Yesus mati.

Dari semua pelajaran ini kita ditantang, menerima Yesus ma
cam apakah yang menjadi respon kita kepada Yesus Kristus yang telah memberikan nyawaNya? Macam Zakheus, ataukah macam para imam?
~~~Amin!     

LANDASAN IMAN



LANDASAN IMAN

Kisah ini berlangsung di Amerika ketika seorang pengembara tiba di tepi Sungai Mississipi, ia tidak menemukan jembatan. Untunglah saat itu musim dingin dan permukaan sungai besar itu membeku. Namun, pengembara itu ragu-ragu untuk melintasinya karena ia tidak tahu ketebalan lapisan es itu. Akhirnya, dengan sangat berhati-hati, ia merangkak di atasnya sampai ke bagian tengah.

Saat itulah ia mendengar suara nyanyian di belakangnya. Dengan hati-hati ia menoleh, dan ternyata dari tepi sungai yang berkabut, muncul pengembara lain, mengendarai kereta kuda penuh muatan. Kedua orang itu melintasi lapisan es yang sama, namun sampai ke seberang dengan cara yang berbeda. Mengapa demikian? Yang satu meragukan ketebalan dan kekuatan lapisan es itu; yang lain mengenalinya dengan baik.

         Kira-kira seperti itu juga perjalanan iman kita. Kita memiliki obyek atau landasan iman yang sama: Tuhan Yesus Kristus. Namun, taraf pengenalan kita akan Dia berbeda-beda, dan hal itulah yang menentukan perjalanan iman kita masing-masing. Karena itulah firman Tuhan mendorong kita untuk bertumbuh dalam pengenalan kita akan Dia. 
         Tanpa pengenalan yang memadai akan Dia, kita memang bisa saja sampai ke seberang. Namun, kita tidak bisa menikmati perjalanan sambil bernyanyi-nyanyi; kita hanya bisa merangkak!


Selasa, 15 Maret 2016

INDEX/DAFTAR ISI

Sabtu, 12 Maret 2016

ANAK MANJA TERJERUMUS KEDUNIA KRIMINAL


ANAK MANJA TERJERUMUS KEDUNIA KRIMINAL

Oleh : David Tisno

Menurut David Tisno, hidup akan sangat nikmat bila bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Terserah orang lain mau berbicara apa, selama dirinya merasa senang dengan tindakannya, maka dia akan tetap melakukannya, meskipun itu buruk. Sehingga dengan karakter ini, di masa mudanya dia lebih suka berteman dengan orang-orang yang tidak memberikan dampak positif, yang berprinsip sama sepertinya.
Semenjak kedua orang tuanya bercerai, David harus tinggal bersama dengan neneknya. Karena ibunya memilih bekerja di luar kota. “Saya dibesarkan oleh nenek saya di tengah lingkungan yang sangat buruk”. Neneknya dikenal sebagai seorang mucikari, sehingga kehidupannya lekat dengan pesta pora, judi, narkoba, minuman keras, dan tindakan kejahatan lainnya. Dibesarkan berdampingan dengan kehidupan seperti ini membuat David melakukan hal yang serupa.
Selama diasuh oleh neneknya, David menerima kasih sayang penuh dan sangat dimanjakan. Namun dengan cara yang salah, karena neneknya selalu memberikan apa yang diminta olehnya. Bahkan sebesar apapun uang yang diminta olehnya, neneknya akan langsung memberikan tanpa tahu tujuannya.
Sehingga David bersama teman-temannya sering menghamburkan uang tersebut ke diskotik, minuman keras, dan terjerumus dalam kehidupan malam. Inilah yang kemudian membawanya pada pemakaian obat-obatan terlarang. Pada saat itu, dia percaya bahwa narkoba dapat membuatnya semakin berani dan percaya diri. Sehingga saat memakai narkoba, David cenderung mencari masalah dan melakukan tindak kriminal seperti mencuri.
Akibatnya, David harus berurusan dengan Polisi. Sekali ditangkap tidak lantas membuatnya jera, karena neneknya selalu datang untuk memberikan uang jaminan dan membebaskannya. Setidaknya sekali sebulan David harus berurusan dengan pihak berwajib karena ulahnya. Hingga satu saat neneknya jatuh sakit dan tidak bisa lagi memberikan uang kepada David. Dia kemudian kembali melakukan tindak kriminal. Kali ini tidak tanggung-tanggung, bersama teman-temannya, dia merampok sebuah rumah. Dan minggu depannya, dia kembali di tangkap Polisi.
“Awalnya saya tidak merasa takut, karena saya berpikir bahwa nenek saya akan melepaskan saya. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu.” David harus menjalani vonis empat bulan sebagai tahanan di Lembaga Pemasyarakatan. Disanalah dia merasakan kejenuhan, lelah, takut, dan merenungi kehidupannya yang hancur akibat perbuatannya. Dalam perenungannya, David teringat akan kenangannya semasa saat kecil. Dimana dirinya mengikuti Sekolah Minggu dan menyanyikan satu lagu yang sangat disukainya, “O betapa hatiku berterimakasih”.
Pada waktu itu ada niatnya untuk berubah dan memperbaiki diri.
Setelah habis vonis empat bulannya David dibebaskan dan apa yang menjadi niatannya untuk menajdi orang yang lebih baik lagi dilupakan. Karena tidak ada yang membimbingnya sehingga dia kembali pada kehidupan yang lama dan kembali dipenjara. Kali ini saat David dipenjara, mamanya datang mengunjunginya. David kemudian meminta untuk dibebaskan. Mamanya menyetujui hal tersebut, asalkan David bersedia masuk rehabilitasi. Sepakat, akhirnya David bebas dan mengikuti kemauan mamanya.
“Ketika saya ada di rehabilitasi, tidak mudah untuk melepaskan obat-obat terlarang yang mengikat saya.” David mencari-cari obat-obatan terlarang tersebut, namun hasilnya nihil. Alhasil dia menggunakan obat-obatan pusing yang sebetulnya sudah melebihi dosis. Melihat hal tersebut, mentornya kemudian mengajaknya berbicara dan memotivasinya untuk menahan diri dari menggunakan obat-obatan. Melihat perhatian, kesabaran, dan ketulusan mentornya, David menemukan sisi yang berbeda. Melalui mereka, David dapat melihat satu pribadi yang luar biasa, yakni Yesus Kristus.
“Akhirnya saya mulai belajar firman Tuhan dan mendapatkan pengertian bahwa hanya Pribadi Yesus yang mampu membaharui kehidupan saya dari kenajisan dan melembutkan hati saya yang keras.” David kemudian mengerti bahwa pergaulan yang buruk yang merusak kebiasaan baik. Setelah paham, David kemudian mengambil keputusan dan berkomitmen untuk tidak lagi terjerumus dalam pergaulan yang buruk. “Walaupun saya kekurangan, dalam masalah, saya merasa ada sukacita selalu di dalam Yesus.” Tidak hanya dirinya yang dipulihkan, tetapi David juga menikmati hidup.

“Saat ini saya mempunyai keluarga dan saya juga dipakai menjadi seorang tokoh masyarakat, sebagai Pembina Kerohanian.” Baginya hidup saat ini telah memberikan kepuasan yang berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Kini David menikmati kehidupan yang baik dan tidak lagi berurusan dengan Polisi. “Inilah yang membuat saya ambil keputusan untuk komitmen terus mengiringi Tuhan Yesus dan berada di jalan yang benar.”

PENDERITAAN MENGHASILKAN KEMAJUAN


“PENDERITAAN MENGHASILKAN KEMAJUAN”

Ben Sadok adalah seorang pria yang membenci orang lain, dan tidak mempunyai kesukaan lain selain mendatangkan penderitaan bagi orang lain. Ia seorang sadistis, seperti diisyaratkan oleh namanya.
Suatu hari, ia berjalan-jalan melalui sebuah oasis di padang gurun dan tampak olehnya sebuah tunas kelapa yang baru muncul di permukaan tanah. Tunas itu kelihatan sangat menjanjikan. Tetapi tabiat setan Ben Sadok menyeringai dan berkata, “Saya akan menamatkan riwayatnya!” Maka ia mengangkat sebuah batu besar dan menempatkannya persis di puncak pohon kelapa yang sedang bertumbuh itu. “Batu itu akan mendatangkan kesakitan padamu”, ia mengejek seraya membersihkan debu dari tangannya dan menghilang.
Tunas kelapa yang masih sangat muda itu mencoba dengan segala cara untuk membebaskan diri dari batu yang mengganjalnya. Ia menggoncang-goncangkan dirinya dan melengkung ke segala arah. Tetapi batu besar itu tidak bergeser sedikit pun. Maka satu-satunya jalan keluar yang dapat ditempuh oleh tunas kelapa itu ialah menancapkan akarnya ke dalam tanah semakin dalam dan semakin dalam sehingga ia dapat memikul beban yang ekstra berat itu. Dan hasilnya, akarnya menjalar ke setiap penjuru yang ada airnya sehingga menghidupkan seluruh oasis. Kemudian, dengan menyerap air yang tak habis-habisnya itu, kelapa itu bertumbuh dengan lebih cepat dan dalam waktu yang sangat singkat daun-daunnya berjejal lebat menutupi batu penghalang itu. Ia pun menjadi pohon tertinggi di situ dan menghasilkan buah-buah kelapa paling banyak dan bermutu.
Bertahun-tahun kemudian, setan Ben Sadok kembali untuk menikmati seberapa jauh ia telah berhasil melumpuhkan pohon kelapa itu dengan batu. Ia memandang sekeliling mencari pohon yang tertambat itu. Namun sia-sia. Kemudian pohon kelapa yang paling tinggi itu membengkokan puncaknya, memperlihatkan kepada Ben Sadok batu besar yang masih terselip di puncaknya, dan berkata kepadanya, “Saya ingin berterima kasih kepadamu atas batu itu. Bebannya telah memacu saya untuk bertumbuh lebih tinggi dari semua kelapa lainnya di sini.”

............... Tuhan Yesus Kristus Memberkati .................