Sabtu, 12 Maret 2016

ANAK MANJA TERJERUMUS KEDUNIA KRIMINAL


ANAK MANJA TERJERUMUS KEDUNIA KRIMINAL

Oleh : David Tisno

Menurut David Tisno, hidup akan sangat nikmat bila bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Terserah orang lain mau berbicara apa, selama dirinya merasa senang dengan tindakannya, maka dia akan tetap melakukannya, meskipun itu buruk. Sehingga dengan karakter ini, di masa mudanya dia lebih suka berteman dengan orang-orang yang tidak memberikan dampak positif, yang berprinsip sama sepertinya.
Semenjak kedua orang tuanya bercerai, David harus tinggal bersama dengan neneknya. Karena ibunya memilih bekerja di luar kota. “Saya dibesarkan oleh nenek saya di tengah lingkungan yang sangat buruk”. Neneknya dikenal sebagai seorang mucikari, sehingga kehidupannya lekat dengan pesta pora, judi, narkoba, minuman keras, dan tindakan kejahatan lainnya. Dibesarkan berdampingan dengan kehidupan seperti ini membuat David melakukan hal yang serupa.
Selama diasuh oleh neneknya, David menerima kasih sayang penuh dan sangat dimanjakan. Namun dengan cara yang salah, karena neneknya selalu memberikan apa yang diminta olehnya. Bahkan sebesar apapun uang yang diminta olehnya, neneknya akan langsung memberikan tanpa tahu tujuannya.
Sehingga David bersama teman-temannya sering menghamburkan uang tersebut ke diskotik, minuman keras, dan terjerumus dalam kehidupan malam. Inilah yang kemudian membawanya pada pemakaian obat-obatan terlarang. Pada saat itu, dia percaya bahwa narkoba dapat membuatnya semakin berani dan percaya diri. Sehingga saat memakai narkoba, David cenderung mencari masalah dan melakukan tindak kriminal seperti mencuri.
Akibatnya, David harus berurusan dengan Polisi. Sekali ditangkap tidak lantas membuatnya jera, karena neneknya selalu datang untuk memberikan uang jaminan dan membebaskannya. Setidaknya sekali sebulan David harus berurusan dengan pihak berwajib karena ulahnya. Hingga satu saat neneknya jatuh sakit dan tidak bisa lagi memberikan uang kepada David. Dia kemudian kembali melakukan tindak kriminal. Kali ini tidak tanggung-tanggung, bersama teman-temannya, dia merampok sebuah rumah. Dan minggu depannya, dia kembali di tangkap Polisi.
“Awalnya saya tidak merasa takut, karena saya berpikir bahwa nenek saya akan melepaskan saya. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu.” David harus menjalani vonis empat bulan sebagai tahanan di Lembaga Pemasyarakatan. Disanalah dia merasakan kejenuhan, lelah, takut, dan merenungi kehidupannya yang hancur akibat perbuatannya. Dalam perenungannya, David teringat akan kenangannya semasa saat kecil. Dimana dirinya mengikuti Sekolah Minggu dan menyanyikan satu lagu yang sangat disukainya, “O betapa hatiku berterimakasih”.
Pada waktu itu ada niatnya untuk berubah dan memperbaiki diri.
Setelah habis vonis empat bulannya David dibebaskan dan apa yang menjadi niatannya untuk menajdi orang yang lebih baik lagi dilupakan. Karena tidak ada yang membimbingnya sehingga dia kembali pada kehidupan yang lama dan kembali dipenjara. Kali ini saat David dipenjara, mamanya datang mengunjunginya. David kemudian meminta untuk dibebaskan. Mamanya menyetujui hal tersebut, asalkan David bersedia masuk rehabilitasi. Sepakat, akhirnya David bebas dan mengikuti kemauan mamanya.
“Ketika saya ada di rehabilitasi, tidak mudah untuk melepaskan obat-obat terlarang yang mengikat saya.” David mencari-cari obat-obatan terlarang tersebut, namun hasilnya nihil. Alhasil dia menggunakan obat-obatan pusing yang sebetulnya sudah melebihi dosis. Melihat hal tersebut, mentornya kemudian mengajaknya berbicara dan memotivasinya untuk menahan diri dari menggunakan obat-obatan. Melihat perhatian, kesabaran, dan ketulusan mentornya, David menemukan sisi yang berbeda. Melalui mereka, David dapat melihat satu pribadi yang luar biasa, yakni Yesus Kristus.
“Akhirnya saya mulai belajar firman Tuhan dan mendapatkan pengertian bahwa hanya Pribadi Yesus yang mampu membaharui kehidupan saya dari kenajisan dan melembutkan hati saya yang keras.” David kemudian mengerti bahwa pergaulan yang buruk yang merusak kebiasaan baik. Setelah paham, David kemudian mengambil keputusan dan berkomitmen untuk tidak lagi terjerumus dalam pergaulan yang buruk. “Walaupun saya kekurangan, dalam masalah, saya merasa ada sukacita selalu di dalam Yesus.” Tidak hanya dirinya yang dipulihkan, tetapi David juga menikmati hidup.

“Saat ini saya mempunyai keluarga dan saya juga dipakai menjadi seorang tokoh masyarakat, sebagai Pembina Kerohanian.” Baginya hidup saat ini telah memberikan kepuasan yang berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Kini David menikmati kehidupan yang baik dan tidak lagi berurusan dengan Polisi. “Inilah yang membuat saya ambil keputusan untuk komitmen terus mengiringi Tuhan Yesus dan berada di jalan yang benar.”
Sumber: Warta Cetak JMO edisi 13 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar