Sabtu, 28 Mei 2016

REMAN INSAF KARENA WAS WAS

PREMAN INSAF KARENA WAS WAS
 Jeremia Situmorang

Pertama kali saya belajar mencopet, saya naik bus. Saya lihat ada calon korban saya. Tapi saya mau mencopet itu kayaknya ada sebuah yang namanya ketakutan sebenarnya. Takut ketahuan, takut digebukin massa. Tapi dorongan untuk lakukan itu tetap kuat, akhirnya saya copet juga,” demikian penuturan Jeremia Situmorang, mengenang pengalaman pertama terjerumus menjadi seorang preman.

Awalnya Jeremia mulai belajar mencopet ketika dirinya menyaksikan sekelompok pencopet di terminal seolah begitu mudah mendapatkan uang. Sembari berjualan koran, Jeremia muda yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) itu pun nekat mulai beraksi.
Aksi yang pertama benar-benar sukses. Sehingga memancingnya untuk kembali melakukan lagi dan lagi. Setiap hasil copet yang diperolehnya bahkan dipergunakan untuk pergaulan yang buruk, seperti minum-minuman keras dan merokok.

“Lambat laun pergaulan saya semakin nakal, semakin menyimpang. Saya merasa malu dipanggil orang nama Jeremia. Saya pikir kog, nama ini kog kayak nama cewek. Lalu saya ganti nama saya menjadi Robert”.

Selama 15 tahun sudah Jeremia menjadi tukang copet terminal. Namun, baginya hasil copet yang mereka dapatkan selama ini belum apa-apa. Timbul hasrat yang semakin jahat dalam dirinya untuk melakukan pencopetan besar-besaran di bus kota.

Waktu itu, Jeremia dan dua teman lainnya bersiap menjarah salah satu bus ibu kota. Berbekal senjata tajam di tangannya, Jeremia mulai memaksa satu per satu penumpang untuk menyerahkan benda-benda berharganya. “Semua penumpang metro mini itu kami rampok. Cuma modal satu celurit. Kami jambret, semua kami ambilin”.

Aksi mereka memang hampir berhasil kala itu. Namun teriakan seorang penumpang berhasil membuat massa mulai berdatangan dan berupaya menghadang ketiganya. Malangnya, Jeremia babak belur dihajar oleh massa sehingga mengakibatkan luka yang cukup parah.
Akibatnya, Jeremia harus mendekap di sel penjara selama tiga bulan lamanya. “Saya dibawa ke tahanan polisi, di sel. Selama tiga bulan saya ada di dalam sel, dan waktu di dalam itu saya nggak ada barang bukti lagi. Dan yang jelas saya bebas di situ”.

Namun setelah bebas, tiada penyesalan yang terbersit dalam hatinya. Ia kembali terjun menjadi preman terminal bersama dengan gank bentukannya yang diberi nama ‘ANTOGER’ atau Anak Tongkrongan Grogol’. Setiap hari, mereka memeras dan memaksa dengan kasar para pedagang terminal untuk mendapatkan sejumlah uang. “Kami berjudi, peras orang lain, dan saya sangat menikmati kehidupan seperti itu”.

Dan pada akhirnya, perjalanan kejahatan Jeremia sudah sampai di akhir babak. Tak lama setelah perampokan terakhirnya di sebuah kios milik seorang wanita, Jeremia dan komplotannya berhasil dibekuk polisi.

Benarlah bahwa dalam kondisi sulit dan berat, manusia cenderung akan mengingat Tuhan yang adalah pribadi yang mampu memberi pertolongan dan kasih. Hal itu pula yang dialami oleh Jeremia saat dalam proses rekonstruksi kasus yang membelitnya. Saat itu, dirinya benar-benar was-was akan keselamatannya ketika menyaksikan bagaimana salah satu dari rekannya tewas di tempat ketika berusaha melarikan diri.

“Saya lihat ngeri banget.  Ketakutan juga begitu ditembak saya pikir saya mau dikeg gitu atau gimana? Di situlah saya berdoa. Saya minta sama Tuhan: ‘Ya Tuhan tolong bebaskan aku dari sini ya Tuhan’. Saya pernah dengar nama Yesus di situ saya teringat ada satu lagu yang pernah diajarkan guru sekolah minggu yang pernah saya ikuti”.

Jeremia mulai membayangkan betapa berat siksaan api neraka saat dirinya mati dan masuk neraka. “Saya berdoa di situ: Tuhan aku berjanji kalau aku bebas dari sini, aku akan jadi orang baik-baik, ya Tuhan”.

Pertolongan Tuhan pun kembali hadir, Jeremia dibebaskan dari hukuman penjara. Hal itu seolah mimpi dalam hidupnya karena masih diberi kesempatan menikmati kehdiupan dan bertemu dengan keluarganya. Selepas dari itu, Jeremia mulai menghindar dari pergaulan buruknya di terminal. Hidupnya mulai difokuskan mengenal Tuhan melalui firman-Nya dan mulai menghidupi kehidupannya lewat pekerjaan halal.

“Sebebas saya dari tahanan itu, sampai di rumah saya keingat ‘ini pasti pertolongan Tuhan’. Saya ingat juga janji saya untuk jadi orang baik-baik. Akhirnya di situ saya putuskan untuk tidak nongkrong lagi. Saya bisa betah ada di rumah, bersama dengan keluarga, dengan mama saya, dengan kakak saya. Saya banyak belajar tentang firman Tuhan, kemudian anugerah Tuhan juga saya mendapatkan pekerjaan yang baik. Oleh karena bantuan keluarga juga. Walaupun yang saya dapatkan itu jauh lebih kecil dari yang apa yang saya dapatkan dulu, tapi saya nikmati hasilnya itu enak, bahagia”.


Melalui beragam kejadian yang dialami Jeremia, ia mengakui bahwa Tuhan itu benar nyata masih menolong dan mengasihinya. Sekali pun Jeremia adalah preman dan tukang copet, namun Tuhan tidak pernah abai dengan kehidupan setiap anak-anaknya. Tuhan memakai Jeremia, si mantan preman ini sebagai alat untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang lain lewat perubahan hidupnya. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang

Sang PREMAN YANG TAK JERA DIPENJARA

“Sang PREMAN YANG TAK JERA DIPENJARA
 OLEH: Alvis

Kehilangan sosok ayah dan ibu sejak dari kecil membuat hidup Alvis menjadi tidak karuan. Sejak kecil ia tinggal bersama dengan sang om. Beranjak dewasa, kehidupan Alvis menjadi bebas dan membentuknya menjadi preman yang tak sungkan-sungkan menodong, memalak dan menjambret siapapun yang ia mau.

Alvis adalah sosok yang temperamental, keras dan emosional. Karena itu, ia tak segan-segan menghajar siapapun yang memancingnya marah. Hal itu membuat orang-orang di sekitar tempat tinggalnya ketakutan.

Saat melakukan aksinya, Alvis kerap mengancam korbannya untuk menyerahkan uang dalam jumlah yang ia minta. “Saya minta dengan ukuran yang saya minta, bukan yang dia kasih. Pada waktu itu saya baru mendapatkan uang dari hasil-hasil preman itu mendapatkan uang setiap bulannya dengan gampang,” tutur Alvis.

Berulang kali ia melakukan premanisme, berulang kali pula Alvis di jebloskan ke penjara. Tetapi hal itu tidak membuatnya jera dan berubah. Kejahatan Alvis semakin menjadi, ia tak lagi hanya menjadi preman, tetapi juga menjadi pengedar narkoba, tukang mabuk dan terjerumus dalam dunia malam.

“Waktu itu saya tinggal di bawah kali jodoh. Nah di situ saya pertama kali disuruh jual narkoba, yaitu berupa ganja untuk mencukupin kebutuhan. Karena pada waktu saya jalanin itu, saya orang yang happy (bahagia,red), maksudnya saya suka pesta pora, saya suka main perempuan, saya ngabisin duit beli narkoba. Pokoknya senang-senang”.

Sosok Alvis semakin dikenal banyak orang, bukan karena berperilaku baik   tetapi  justru karena tindakan kejahatannya. Sebagai pengedar narkoba yang sukses, Alvis juga dianggap sebagai ancaman bagi pengedar narkoba lainnya. Berulang kali ia dikeroyok oleh orang yang tak dikenal dan berulang kali ia harus kalah. Tak terima dengan kelemahan itu, Alvis berubah menjadi semakin bringas. Ia membalaskan dendam dengan membunuh orang yang pernah mengeroyoknya.

“Saya nggak pernah punya rasa kasihan, tapi saya punya rasa bagaimana saya itu harus menang,” terang Alvis.
“Saya dikasih kabar oleh teman saya, Vis yang loe tusuk itu mati. Trus gimana? Saya anggap remeh. Paling juga dihukum setahun dua tahun lah. Gampang itu mah”.

Alvis pun harus menanggung perbuatannya. Segerombol polisi mengegrebek Alvis dan menyeretnya ke penjara. Itu menjadi saat yang begitu lemah dalam hidup Alvis. Ia merasa tak berarti dan bukan siapa-siapa. “Di situlah saya merasa protes sama Tuhan. Saya katakan: Tuhan aku pernah dengar. Dulu aku adalah contoh yang mendengarkan firman Tuhan. Tetapi kenapa badanku bertato? Kenapa aku sekarang ditembak? Apakah ini orang yang mendengarkan firman Tuhan? Menyesal banget karena seakan-akan hidup itu nggak berarti. Kog hidup saya kayak sampah. Saya bilang ke Tuhan: Tuhan kalua hidup saya nggak berarti cabut saja nyawa saya,” kenang Alvis saat menghadapi keterpurukan itu.

Penjara adalah tempat dimana Alvis merenungkan kembali perjalanan hidupnya. Ia merasa kecewa pada keadaan, orang tua dan perbuatannya.  Ia ingin sekali berubah dan menjadi orang normal seperti yang lainnya. Hingga ia bertemu seseorang yang membawanya ke jalan  yang benar. Di dalam penjara Alvis pelan-pelan berubah dan menata dirinya menjadi pribadi yang baru.

“Jadi yang dulu saya jalanin sebelum saya mengenal Tuhan, itu hasilnya adalah sampah. Tapi setelah saya mengenal Tuhan, saya sangat bahagia. Tuhan bentuk saya yang tapinya orang yang tidak berarti menjadi berarti,” tandas Alvis. 

Saripati bawang putih melawan penyakit jantung

Saripati bawang putih melawan penyakit jantung

*Alexander Lumban Tobing


Liputan6.com, Los Angeles –
Walaupun dikeluhkan sebagai penyebab bau mulut tidak sedap, bawang putih memiliki khasiat yang mungkin dapat menyelamatkan nyawa manusia.

Dikutip dari Daily Mail pada Rabu (27/1/2016), para peneliti di Los Angeles Biomedical Research Institute di Harbor-UCLA Medical Center mengungkapkan bahwa saripati (extract) bawang putih tua dapat mengurangi penumpukan plak dalam arteri sehingga mengurangi risiko penyakit jantung.

Penulis utama penelitian, Dr. Matthew Budoff, mengatakan, “Penelitian ini merupakan petunjuk lain manfaat suplemen ini dalam mengurangi penumpukan plak lembut dan mencegah terbentuknya plak baru di dalam arteri, yang dapat menyebabkan penyakit jantung.”

Penelitian ini melibatkan 55 pasien berusia dari 40 hingga 75 tahun, yang masing-masing mendapat diagnosa gejala metabolik. Para peserta dipilah sejak awal penelitian untuk mengukur total volume plak jantungnya. Demikian juga pemilahan kalsium, plak yang belum mengeras, dan plak tipis.

Pemilahan dilakukan dengan menggunakan cardiac computed tomography angiography (CCTA), yaitu suatu teknologi pencitraan yang mengukur deposit dan pembentukan plak di dalam arteri.

Setelah evaluasi, para peserta diberikan salah satu, placebo atau saripati bawang putih tua dosis 2.400 mg setiap hari. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mendapat saripati bawang putih tua memperlambat penumpukan plak hingga 80 persen.

Lebih dari itu, mereka mengurangi plak lembut dan menunjukkan kemunduran plak tipis.
Kata Dr. Budoff, “Kita telah mentuntaskan studi acak, dan membawa kita untuk menyimpulkan bahwa saripati bawang putih tua dapat membantu memperlambat kemajuan aterosklerosis dan membalik tahap awal penyakit jantung.”

Temuan penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal of Nurition dan hasilnya sejalan dengan penelitian tahun lalu yang dilakukan oleh University of Missouri. Pada saat itu, penelitian mengungkapkan bahwa bawang putih memberikan perlindungan pada otak terhadap penuaan dan penyakit. Bahkan bawang putih ditengarai dapat mencegah penyakit syaraf terkait usia, misalnya Alzheimer’s dan Parkinson’s.

Saat itu, para peneliti menemukan suatu jenis karbohidrat dalam makanan super itu. Kata Zezong Gu, profesor muda di Fakultas Kedokteran University of Missouri, “Bawang putih adalah salah satu suplemen makanan yang paling dimakan.”


Lanjutnya, “ Kebanyakan orang melihatnya sebagai makanan super, karena bahan yang mengandung sulfur dalam bawang putih diketahui sebagai sumber yang hebat antioksidan dan perlindungan anti-inflamasi.” Ia melanjutkan, “Para peneliti masih menggali sejumlah perbedaan cara bawang putih bermanfaat bagi tubuh manusia.”

BERJALAN DALAM KEHENDAK ALLAH, ITULAH BERHIKMAT

ITULAH BERHIKMAT
Amsal 3 : 16 – 26

Kebahagiaan yang sejati, sebab kebahagiaan itu mencakup dan sama dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan manusia (ay. 16-17, Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. 17 Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata). Bersangkutpaut dengan jaminan kebahagiaan dalam Amsal ini, kita bertanya begini:

(1) Apakah umur panjang merupakan sebuah berkat? Ya, berkat yang paling berharga. Hidup ini mencakup semua hal yang baik, dan karena itulah hikmat menawarkannya dengan tangan kanannya. Agama mengajari kita cara-cara terbaik untuk memiliki umur panjang dan melayakkan kita untuk menerima janji itu. Sekalipun jumlah hari kita di dunia ini sama dengan hari-hari yang dimiliki orang lain, tetapi agama akan menjamin kehidupan yang kekal di dunia yang lebih baik lagi nanti.

(2) Apakah kekayaan dan kehormatan merupakan berkat juga? Begitulah, dan karena itulah hikmat mengulurkannya dengan tangan kirinya. Sebab, sebagaimana dia siap untuk merengkuh orang-orang yang tunduk kepadanya dengan kedua tangannya, demikianlah pula dia siap untuk memberkati mereka dengan kedua tangannya itu. Mereka akan memiliki kekayaan dunia ini, sejauh yang dipandang baik oleh Sang Hikmat Tidak Terbatas. Sementara itu, kekayaan sejati yang membuat mereka kaya di hadapan Allah, disimpan baik-baik bagi mereka. Tidak ada kehormatan, baik yang diperoleh melalui kelahiran ataupun kedudukan, yang dapat menandingi kehormatan rohani, sebab kehormatan itu membuat orang benar lebih cemerlang daripada orang-orang lain di sekeliling mereka. Kehormatan itu juga menjadikan mereka baik di hadapan Allah, menimbulkan rasa hormat dan kekaguman dari orang-orang saleh lainnya di dunia ini, dan di dunia yang akan datang akan membuat segala hal yang kini tersembunyi menjadi bersinar terang bagaikan mentari.


(3) Apakah kesenangan itu merupakan sesuatu yang paling diinginkan? Benar begitu, dan kesalehan sejati pastinya mengandung kesenangan sejati terbesar. Jalannya adalah jalan penuh bahagia. Kita akan mendapati jalan-jalan yang ia tunjukkan untuk kita jalani penuh dengan kesenangan dan kepuasan. Segala kenikmatan dan hiburan lahiriah tidaklah sanggup menandingi kesenangan yang dimiliki oleh jiwa-jiwa yang penuh anugerah yang mereka dapatkan melalui persekutuan dengan Allah dan melakukan yang baik. Kita wajib menjalani satu-satunya jalan benar yang akan memimpin kita kepada tujuan akhir hidup kita, suka ataupun tidak, menyenangkan ataupun tidak. Walaupun begitu, jalan agama bukan saja jalan yang benar, tetapi juga jalan yang menyenangkan. Jalan itu mulus dan bersih, dihiasi bunga-bunga yang indah: segala jalannya sejahtera semata-mata. Damai sejahtera tidak saja menanti di akhir perjalanan, tetapi di sepanjang jalan. Bukan saja dalam jalan agama secara umum, tetapi dalam setiap jalan kecil di dalamnya, dalam segala jalan setapaknya, segenap tindakan, contoh dan kewajiban di dalamnya. Yang satu tidak lantas memahitkan apa yang telah dimaniskan oleh yang lainnya, sebagaimana yang biasa terjadi dalam hal-hal di dunia ini. Sebaliknya, semuanya adalah damai sejahtera, yang tidak hanya manis, tetapi juga aman. Para orang kudus memasuki damai sejahtera sorgawi ini, dan menikmatinya di  masa kini.

Selanjutnya, Firman Tuhan selalu mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat 14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat 24). Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat 25-26).


Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa. Kalau begitu, Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah. Berjalan dalam kehendak Allah sama dengan berhikmat ~~~Amin!

LILIN PENGHARAPAN

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka. Lilin yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”

Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam. Lilin yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga

Lilin lainnya: “Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

~~~~~~~~Tuhan Yesus memberkati~~~~~~~~



Sabtu, 07 Mei 2016

KUASA ROH KUDUS DAN KERAJAAN ALLAH

KUASA ROH KUDUS DAN KERAJAAN ALLAH
Pdt. Emr. Messakh Jack Karmany, S.Th

Tajuk ini sudah lumrah diujarkan oleh kita. Namun ia tetap segar manakalakita mengulasnya lagi. Untuk itu dalam persiapan peringatan tercurahnya Roh Kudus(HR Pentakosta), pasca kenaikan Yesus Kristus ke Surga (Hari Raya Asensi), maka mari kita melihat relasi Roh Kudus dan Kerajaan Allah dalam  Mat 12:28.  "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.".
Agar kita tidak terjebak dalam pemikiran dogmatis yang rumit, maka kali ini saya mengajak kita untuk memahami Kerajaan Allah ( = pemerintahan oleh Allah ), sbb:

·     SIFAT KERAJAAN ALLAH. Kerajaan Allah (Kerajaan Sorga) mengandung pengertian Allah yang datang ke dunia untuk menyatakan kuasa, kemuliaan, dan hak-hak-Nya melawan kekuasaan Iblis dan garis haluan dunia yang sekarang ini. Kerajaan Allah merupakan pengertian yang lebih luas daripada keselamatan atau gereja; Kerajaan Allah ialah Allah mengungkapkan diri-Nya dengan penuh kuasa dalam semua karya-Nya.

1.     Kerajaan itu adalah terutama pernyataan kuasa ilahi yang sedang bertindak. Allah memulai pemerintahan-Nya secara rohani di bumi ini di dalam hati dan di antara umat-Nya (Yoh 14:23; 20:22). Ia datang ke dunia dengan penuh kuasa (Yes 64:1; Mr 9:1; 1Kor 4:20). Kita tidak boleh memandang kuasa Allah ini sebagai kuasa yang jasmani atau politis, tetapi sebagai kuasa yang rohani. Kerajaan itu bukanlah sebuah teokrasi yang bersifat religius-politis; itu tidak juga menjalankan kekuasaan sosial atau politis atas kerajaan di dunia ini (Yoh 18:36). Pada waktu ini Allah tidak bermaksud untuk menebus dan membaharui dunia melalui suatu gerakan sosial atau politis, atau melalui suatu tindakan kekerasan (Mat 26:52Yoh 18:36).

Dunia sepanjang zaman ini akan tetap merupakan musuh Allah dan umat-Nya (Yoh 15:19; Rom 12:1-2; Yak 4:4; 1Yoh 2:15-17; 4:4). Pemerintahan Allah dalam bentuk hukuman langsung dan kekerasan hanya akan terjadi pada akhir zaman ini (Wahy 19:11-21).

2.     Karena Allah menyatakan diri dengan kuasa, dunia memasuki suatu keadaan krisis. Pernyataan kuasa Allah memenuhi kerajaan Iblis dengan ketakutan (Mat 4:3-9; 12:29; Mr 1:24), dan setiap orang diperhadapkan pada keputusan apakah akan tunduk kepada pemerintahan Allah atau tidak (Mat 3:1-2; 4:17; Mr 1:14-15). Syarat yang mendasar dan penting untuk memasuki Kerajaan Allah ialah, "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" (Mr 1:15).

3.     Memasuki dunia dengan kuasa ilahi meliputi:
(a)     kuasa rohani atas pemerintahan dan kerajaan Iblis (Mat 12:28; Yoh 18:36) -- kedatangan Kerajaan Allah merupakan awal kehancuran pemerintahan Iblis (Yoh 12:31; 16:11) dan pembebasan umat manusia dari kuasa setan (Mr 1:34,39; 3:14-15; Kis 26:18) dan dari dosa (Rom 6:1-23);

(b)     kuasa untuk mengadakan mukjizat dan menyembuhkan orang sakit (Mat 4:23; 9:35; Kis 4:30; 8:7; lih. art. PENYEMBUHAN ILAHI),

(c)      pemberitaan Injil, yang menginsafkan orang akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Mat 11:5; Yoh 16:8-11; Kis 4:33);

(d)     penyelamatan dan pengudusan bagi orang yang bertobat dan percaya kepada Injil (Yoh 3:3; 17:17; Kis 2:38-40; 2Kor 6:14-18; lih. art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA); dan

(e)      baptisan dalam Roh Kudus agar menerima kuasa untuk bersaksi bagi Kristus ( Kis 1:8; 2:4]


4.     Bukti yang perlu bahwa seseorang sedang mengalami Kerajaan Allah ialah kehidupan yang penuh dengan "kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus" (Rom 14:17).

5.     Kerajaan Allah ini mempunyai aspek yang berhubungan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Kerajaan itu merupakan suatu kenyataan yang sekarang di dalam dunia ini (Mr 1:15; Luk 18:16-17; Kol 1:13; Ibr 12:28), namun pemerintahan dan kuasa Allah belum benar-benar diwujudkan. Pekerjaan dan pengaruh Iblis serta orang fasik akan terus berlangsung hingga akhir zaman (1Tim 4:1; 2Tim 3:1-5; Wahy 19:19-20:10). Penyataan yang akan datang dari kemuliaan, kuasa, dan Kerajaan Allah akan terjadi ketika Yesus kembali untuk menghakimi dunia (Mat 24:30; Luk 21:27; Wahy 19:11-20; 20:1-6). Penggenapan Kerajaan Allah pada akhirnya akan datang ketika Kristus menang secara mutlak atas semua kejahatan dan perlawanan serta menyerahkan Kerajaan itu kepada Allah Bapa (1Kor 15:24-28; Wahy 20:7-21:8; Mr 1:15] mengenai berbagai penyataan Kerajaan Allah dalam sejarah penebusan).

·     PERANAN ORANG PERCAYA DALAM KERAJAAN ITU.
PB memberikan banyak keterangan tentang peranan orang percaya dalam Kerajaan Allah.

1.     Orang percaya bertanggung jawab untuk senantiasa mencari Kerajaan Allah dalam segala manifestasinya; mereka hendaknya lapar dan dahaga akan kehadiran dan kuasa Allah, baik dalam kehidupan mereka sendiri maupun di kalangan persekutuan Kristen Mat 5:10; 6:33]

2.     Dalam Mat 11:12 Yesus memberikan keterangan tambahan mengenai sifat umum Kerajaan Allah. Di situ Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Sorga hanya dapat direbut oleh orang yang kuat, yang sungguh-sungguh mau melepaskan diri dari perbuatan dosa umat manusia untuk berbalik kepada Kristus, Firman-Nya dan jalan- Nya yang benar. Meskipun pengorbanan yang diminta itu besar, orang seperti itu dengan giat mencari Kerajaan itu dalam segenap kuasa-Nya. Dengan kata lain, mengalami Kerajaan Sorga dengan semua berkatnya menuntut usaha yang sungguh- sungguh dan pengerahan tenaga yang terus-menerus -- perjuangan iman yang disertai kehendak yang kuat untuk melawan Iblis, dosa, dan sering kali masyarakat yang sudah rusak.


3.     Kerajaan Allah bukan bagi mereka yang jarang berdoa atau yang berkompromi dengan dunia, mengabaikan Firman Allah, dan hampir tidak mempunyai kelaparan rohani. Kerajaan itu adalah bagi pria yang seperti Yusuf (Kej 39:9), Natan (2Sam 12:7), Elia (1Raj 18:21), Daniel dan tiga orang temannya (Dan 1:8; 3:16-18), Mordekhai (Est 3:4-5), Petrus dan Yohanes (Kis 4:19-20), Stefanus (Kis 6:8; 7:51) dan Paulus (Fili 3:13-14). Kerajaan itu bagi wanita seperti Debora (Hak 4:9), Rut (Rut 1:16-18), Ester (Est 4:16), Maria (Luk 1:26-35), Hana (Luk 2:36-38), dan Lidia (Kis 16:14-15,40).


  • TENTANG ROH KUDUS------ ikuti saja bina umat minggu depan

HIDUP DI JALANAN KARENA DITOLAK KELUARGA”

HIDUP DI JALANAN KARENA DITOLAK KELUARGA

 Oleh: Rio Suhindra


Harapan seorang Rio Suhindra sangat sederhana. Dia sangat ingin memiliki keluarga yang bisa menerimanya dan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Namun pada melihat kenyataannya, Rio harus kecewa.

Sejak berusia empat tahun, Rio tinggal dengan ayahnya dan ibu tirinya. Meski masih kecil, ibunya tidak segan memukuli tubuh Rio. Dalam hati kecilnya, Rio sangat merindukan sosok ibu sebenarnya. Meskipun dia bahkan tidak tahu bagaimana kabar ibu kandungnya. “Saya merasa ini adalah nasib yang harus dijalani. Saya sangat ingin ketemu ibu kandung saya, tapi saya tidak tahu keberadaannya,” kata Rio. 

Tidak sekolah, Rio yang memasuki usia remaja memilih untuk bekerja di pabrik plastik. Kala itu, dia bekerja selama enam hari dalam seminggu dan mendapat upah Rp 54.000,-. Sadar dengan keadaan ekonomi keluarganya, Rio selalu memberikan penghasilannya untuk keluarga. “Kebutuhan di rumah semua mengharapkan dari gaji saya. Pada saat itu, papa saya sudah tidak bekerja. Sehingga sama sekali tidak ada penghasilan dari manapun.”

Meskipun begitu, Rio tetap mendapat perlakuan kasar dari keluarganya. Sehingga dia berubah menjadi anak pendiam dan murung saat di dalam rumah. Pelampiasannya justru ditunjukkan saat dia berada di luar. Rio menunjukkan sikap temperamen, kasar, dan suka berkelahi. Hingga akhirnya dia terlibat dalam perkelahian antar pemuda kampung dan memilih bersembunyi ke tempat kerabatnya. 

Keadaan ini membuat Rio semakin ingin tahu tentang keberadaan ibu kandungnya. Berbekal alamat ibu, Rio nekat untuk pergi sendiri menemui ibunya. “Saya ingin tahu ibu saya siapa dan bagaimana dia. Kalau bertemu dengannya, harapan saya bisa bahagia.”

Pencarian itu membawanya bertemu dengan ibu kandungnya. Meskipun canggung, Rio sangat senang. Harapannya saat itu adalah dia bisa menemukan sosok ibu yang bisa menerima dirinya dan membuatnya bahagia.

Tidak lama harapan itu bertahan, Rio sekali lagi harus kecewa. Ibunya mulai menunjukkan penolakan terhadap dirinya. Sadar dengan itu, Rio berusaha agar bisa diterima mama dan keluarga barunya dengan bekerja. “Karena saya tidak disekolahkan, maka saya mengerjakan apapun. Termasuk menjadi pemulung dan kerja bangunan, yang penting bisa kasih uang ke mama,” tuturnya. 

Akan tetapi usahanya ini justru membuat ibunya malu dan Rio diusir. Harapannya untuk diterima oleh keluarga, hancur seketika. “Terang-terangan mama mengusir saya, saya kaget. Mama yang tadinya saya harapkan bisa membuat saya bahagia ternyata bukan jawabannya,” ungkapnya.

Kesedihan ini lantas membuatnya berpikir bahwa tidak ada yang menginginkannya. “Kalau saya bisa memilih, lebih baik saya jangan dilahirkan.” Rio akhirnya memutuskan untuk hidup sendiri di jalanan.

Untuk makan, Rio biasa mengamen dari satu angkutan ke angkutan lainnya. Kehidupan bebas di jalanan memang didapatkannya, namun tidak lama dirinya melihat kenyataan yang menakutkan. “Kehidupan di jalanan itu tidak aman. Saya sering melihat pengamen yang hampir saling membunuh satu sama lain. Aturannya, ‘siapa kuat dia yang menang’.”

Dalam ketidakpastiannya, Rio bertemu dengan seorang pria. Berbincang sebentar, pria tersebut mengatakan bahwa ‘setiap manusia punya masa depan yang indah di dalam Tuhan’. Tidak terkecuali bagi dia. Mendengar itu, Rio tidak langsung percaya.
“Bagaimana mungkin saya yang ditolak semua anggota keluarga bisa mengalami masa depan indah di hadapan Tuhan, masa sih?” Pada kesempatan yang sama, pria tadi kemudian mengajaknya untuk mengikuti ibadah di tempatnya. Dia juga memberikan alamat, kalau saja Rio membutuhkan bantuan. Meski ragu, Rio tetap menerima alamat tersebut dan beranjak pergi.

Pengalaman hidupnya selama di jalanan terasa makin mencekam. Kekerasan sesama pengamen semakin sering terlihat. Perasaan bebas yang dulu diharapkannya, berganti dengan ketakutan. “Saat itu saya merasa hidup saya terlalu sakit. ‘Kenapa saya harus mengalami penderitaan seperti ini?’ tanya saya pada Tuhan.” 

Saat menemui titik terendah dalam kehidupannya, Rio berdoa agar hidupnya bisa diubahkan Tuhan. Inilah yang menjadi awal titik balik kehidupannya. Rio akhirnya memberanikan diri untuk datang ke alamat tersebut dan mengikuti ibadah di sana. 

Perlahan, kehidupan Rio makin dipulihkan. Perasaan tertolak itu sirna, berganti menjadi perasaan kasih Tuhan yang memeluknya. Selama berada di sana, Rio pun yakin bahwa masa depan bukan diciptakan karena takdir, tapi karena perkenanan Tuhan Yesus sendiri. “Tuhan mengasihi saya. Dia mau saya berubah, sehingga Tuhan bisa pakai hidup saya.” 

Rio kemudian bersedia untuk melepas pengampunan bagi keluarganya. Ketakutan dan kebencian yang selama ini disimpannya berubah menjadi sukacita yang meluap dari dalam hatinya. Dia juga bersyukur dengan dengan pekerjaan tangan Tuhan dalam kehidupannya.


Saat ini Rio aktif dalam melayani Tuhan dan berbagi kasih di rehabilitasi pondok anugerah. Kini hidupnya semakin diberkati dengan kehadiran istri dan seorang putra. “Lewat hidup saya yang menyakitkan, saya ingin agar orang lain bisa melihat bahwa saya bisa dipulihkan. Demikian pula dengan hidup Anda, juga bisa dipulihkan.” 

PACARKU PERGI KETIKA AKU HAMIL

PACARKU PERGI KETIKA AKU HAMIL

Oleh: Hertina Silalahi



Hidup Hertina Silalahi hancur setelah mengetahui bahwa dirinya hamil. Hal paling menyakitkan yang harus diterimanya bahwa kekasih yang menghamilinya tidak bertanggung jawab. Hertina dicampakkan begitu saja dan harus menanggung aib atas kehamilannya baik di lingkungan kampus maupun keluarga.

Hertina begitu terpukul setelah menyadari bahwa sang pacar, sebut saja Tirto, pria yang dianggap mencintainya apa adanya ternyata tidak bertanggung jawab. “Awalnya saya bertemu dengan Tirto, itu di kampus. Saya bersyukur saya tidak pernah salah berpacaran dengan dia,” kenang Hertina.

Namun kenyataan tak seperti yang diharapkan Hertina. Di masa-masa berpacaran itu, Hertina dan Tirto justru jatuh dalam hubungan di luar nikah. “Yang dia lakukan adalah dia meminta saya melakukannya lagi dengan kata-kata yang manis. Dia akan bertanggung jawab, tidak akan terjadi apa-apa, akhirnya saya kembali lagi jatuh (melakukan hubungan di luar nikah),” ucapnya mengenang masa lalu yang sebelumnya juga pernah jatuh dalam dosa seksual bersama mantan pacarnya.

Apa daya, habis manis sepah dibuang. Begitulah akibat yang harus diterima Hertina ketika mendengar bahwa Tirto tidak mau bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya. Hertina pun harus memikul beban psikologi yang begitu berat, bukan hanya memikirkan tentang masa depannya tetapi berita kehamilannya menimbulkan kehebohan di lingkungan kampus, mulai dari teman-teman hingga dekan.

Rasa marah membuat Hertina berpikiran pendek. Tak ada lagi jalan selain bunuh diri di hadapan Tirto. “Saya sudah kalap. Pikiran saya sudah tidak jelas lagi. Yang ada dipikiran saya adalah memotong urat nadi saya dengan silet yang sudah ada di tangan saya. Saya bilang kalau saya mati, kamu yang akan bertanggung jawab”.

Ancaman Hertina akhirnya membuat Tirto berjanji akan menikahinya. Mereka telah berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Keluarga kedua belah pihak telah bertemu. Sayangnya, Hertina mendapati dirinya kembali dikecewakan bahwa pernikahan tak akan pernah terjadi.  Pasalnya, Tirto justru meminta agar kandungan tersebut digugurkan saja, dan segera kabur meninggalkan Hertina. “Saya merasa dipermainkan, saya merasa dibohongi dengan keluarga saya juga,” kenang Hertina pada saat terakhir kali melihat Tirto.

Pernikahan yang batal dan keinginan untuk tetap melahirkan anak yang dikandungnya membuat Hertina merasa telah melukai seluruh keluarganya. Dengan penuh penyesalan, ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah. Di atas secarik kertas, Hertina mengungkapkan isi hati dan penyesalannya kepada keluarga dan tinggal di sebuah yayasan yang menerima orang-orang bermasalah seperti dia.

Ia dirawat selama tiga bulan di sana sampai dia melahirkan. “Ketika saya melihat muka anak saya pertama kali, saya melihat muka bapaknya sama dia, timbul kebencian yang lebih lagi. “Kenapa Tuhan ijinkan dia pergi. Kenapa kami nggak bersama aja. Dan itu terus terngiang dipikiran saya. Rasanya pahit sekali. Saya harus memiliki anak yang tidak pernah saya rencanakan. Lahir tanpa seorang ayah”.
Kebencian dan penyesalan yang menyatu dalam hidup Hertina membuatnya merasa hancur. Pengharapan seolah sirna. Hingga pengharapan itu kembali tumbuh perlahan-lahan setelah mendapatkan pelayanan dari seorang mentor di Yayasan bernama Rumah Hidup Baru itu. “Dia bilang bahwa Tuhan itu baik. Tuhan itu adil. Saat ini kamu boleh merasa sakit, tapi lihat kalau kamu tetap berseru kepada Tuhan, pasti Tuhan akan ubah semuanya”.

Setelah mendapatkan bimbingan itu, hati Hertina seolah dibukakan dan ia pun mendengar dengan jelas suara Tuhan berseru, “Hertina, Aku mengasihi engkau”. “Saya tidak jawab. Dua kali saya dengar di telinga saya. Jelas sekali dan saya menangis. Setelah itu saya bangun dan berdoa, ‘Benarkah itu suaraMu Tuhan. Kalau itu benar, karena saya merasakan damai, ya, seperti lahir baru kembali’”.

Tuhan memberi pesan yang sangat jelas kepada Hertina dalam Matius 5: 8, “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah”. Hertina pun menyadari bahwa kesucian hati yang dimaksudkan adalah mengampuni. “Saya minta maaf sama Tuhan. Saya sebutkan namanya, saya mengampuni dia Tuhan, saya tidak mau lagi merasakan hal yang kosong seperti ini. Saya mau melayaniMu Tuhan. Saya berlutut dihadapan Tuhan. Saya mau kembali”.

Setelah melepaskan pengampunan tersebut, keajaiban pun terjadi. Seluruh keluarga yang telah disakitinya akhirnya meminta Hertina untuk kembali ke rumah. “Yesus memulihkan keluarga saya dan hati saya”.