“KUTINGGALKAN ISTRI & ANAK DEMI WANITA LAIN”
Oleh : Lukas A. Lesnussa
“Rasa
cinta kepada istri mulai hilang sejak saya berselingkuh. Semakin intens
hubungan yang saya jalani dengan wanita selingkuhan saya itu, hubungan dengan
keluarga mulai dingin. Saya menganggap istri saya sudah tidak ada apa-apanya
karena rasa cinta di dalam hati saya itu sudah hilang dan mati,” demikian Lukas
A. Lesnussa menuturkan perjalanan
rumah tangganya yang hampir berantakan karena
perselingkuhannya di masa lalu.
Bisa
dibayangkan bagaimana perasaan seorang istri kala mendapati suaminya kerap kali
tak pulang-pulang karena lebih memilih tidur dengan wanita lain. Tiada malam
tanpa air mata. Ia juga bahkan harus berbohong kepada anak-anak dikala bertanya
tentang keberadaan ayah mereka. Tentu saja menyakitkan, namun Nira Lesnussa
tetap bersabar.
Lantaran
tak pulang-pulang, Nira mulai mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Lukas
di luar sana. Lewat seorang kerabat yang pernah memergoki Lukas bersama wanita
muda, diapun akhirnya membongkar kedok
perselingkuhan yang selama itu ditutup-tutupi Lukas.
Bersama warga setempat, Lukas dan wanita selingkuhannya itu akhirnya keluar dan
dicecal telah menodai kampung sekitar dengan aktivitas kumpul kebo yang
dilakukannya selama itu.
Bukannya
merasa malu dan bersalah kepada orang-orang dan sang istri. Ia sama sekali
tidak merasa telah menghianati komitmennya sebagai suami sekaligus ayah yang
baik. Ia malah menyalahkan Nira lantaran telah datang untuk mempermalukannya di
depan banyak orang.
“Saya
memarahi istri saya, saya membentak dia. Saya pukul dia. Dan itu menjadi
perlakuan setiap hari. Saya menjadi orang yang kasar dan bringas,” kenang Lukas
mengakui perubahan yang dialaminya kala itu.
Meski
telah didapati berselingkuh, Lukas terus saja menjalin hubungannya dengan
wanita lain. Beragam kebohongan, kekerasan dan bentakan harus diterima Nira
setiap harinya dari sang suami. Malahan, tak ada kesempatan baginya untuk
menanyakan setiap aktifitas yang dilakukan Lukas di luar sana.
Kondisi
hidup tanpa cinta bersama Nira membuat Lukas memutuskan untuk pergi
meninggalkan istri dan anak-anaknya. “Saya memang sudah mau pisah sama istri
dengan cara seperti itu. Waktu saya melakukan itu, saya mulai merencanakan
untuk menikah lagi. Saya nggak peduli dengan istri saya. Saya pergi ke Sulawesi
Utara untuk melangsungkan pernikahan di sana”.
Kepergian
Lukas membuat Nira menderita dalam kesedihan mendalam. Ia merasa sedih sebab
kepergian Lukas pun akan berdampak besar bagi anak-anaknya. Namun Nira mulai
berpikir bahwa itu adalah waktu saat Tuhan sedang menguji kesabaran dan
imannya. Dia tak henti berdoa agar Lukas menyadari kesalahannya dan kembali ke
rumah.
“Tiba-tiba
saya mendengar suara yang sangat audible di telinga saya. Dia panggil
nama asli saya. “Lukas keluar dari tempat itu karena tempat itu najis.” Tuhan
sepertinya menunjukkan betapa kotornya hidup saya, betapa najisnya
saya, penuh dengan ketakutan. Dan tiba-tiba timbul rasa takut mati,” terangnya.
Saat
pengalaman mimpi itu lah Lukas menyadari dirinya sedang dijamah Tuhan. Lukas
merasakan takut yang begitu mendalam saat merasa dirinya berdosa. Ia hanya
punya pilihan melakukan sesuatu yang benar untuk menebus segala kesalahannya
kepada orang-orang yang dia telah sakiti. Tanpa mempedulikan rencana
pernikahannya yang sudah semakin dekat, Lukas segera berkemas dan bergegas
kembali pulang, meninggalkan semua rencana yang sudah dia buat dan bahkan
wanita yang akan segera dia nikahi. “Saya harus kembali buat istri saya. Saya
pengen keluarga, rumah tangga saya pulih,” terangnya.
Akhirnya
Lukas pun memohon pengampunan dari
istrinya atas perselingkuhan dan perlakuannya buruk dan kasar. Rekonsiliasi pun
terjadi dalam rumah tangga Lukas dan Nira. Rumah tangga yang sebelumnya seperti
neraka, kini dipulihkan menjadi rumah yang teduh, sejuk, dan penuh sukacita.
“Apa
yang saya lakukan di masa lampau, ketika saya renungkan hari ini, semua itu
adalah kesia-siaan. Tetapi ketika Isa Almasih masuk dalam hidup saya, saya
ketemu dengan Isa Almasih, saya hidup di dalam firman-Nya. Hari ini saya
menyadari bahwa saya harus menjadi kepala keluarga, seorang bapak untuk kedua
putri saya,” ucap Lukas.
Ya
benar, Lukas menyadari bahwa pelabuhan yang paling aman bagi seorang suami
adalah keluarga. Kerukunan dalam keluarga adalah sebuah kebanggaan yang
harusnya dimiliki setiap keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar