KETIKA ANAKKU
DIPANGGIL TUHAN”
*Ayung
"Saya masuk anak saya
udah gak ada," ujar Ayung membuka kesaksiannya. "Saya bisanya teriak
nangis saja. Saya peluk anak saya, "jangan tinggalin mama. Bangun dede,
bangun ini mama dede. Mama sayang kamu kok kamu mau tinggalin mama'," ujar
Eva, Istri Ayung.
"Dokter akhirnya
periksa darah, namanya penyakit thelasemia. Ini gak ada obatnya katanya. Kamu
berdua ada efek saudara. Saya bilang, "ngga, saya Kalimantan dia Jakarta
gitu" Akhirnya kalo mau selamatin jiwa anak ini satu-satunya harus tambah
darah," kata Ayung.
Penyakit maut yang sama
menggerogoti tubuh kedua anak mereka. Hati mereka hancur tanpa tahu apa
penyebab dari semua ini. Permohonan doa pun dinaikkan Eva untuk keselamatan
jiwa anak mereka. Bahkan ia meminta ampun kepada Tuhan agar anak mereka ini
dapat tertolong hidupnya.
Ayung beserta istri tidak
henti-hentinya berusaha mencari kesembuhan ke berbagai tempat pengobatan, mulai
dari totok jarum, totok darah sampai dukun tradisional, namun semua itu tidak
berpengaruh apa-apa. Anaknya yang nomor dua itu pun akhirnya meninggal juga. Kepergian
salah seorang anak membuat Eva sering memarahi suaminya. Ayung pun menerima
omelan istrinya itu dengan lapang dada.
Setelah kepergian anak
kedua, duka melingkupi hati mereka. Namun, anak pertama yang mengalami sakit
yang sama harus tetap menerima transfusi darah terus menerus meski keadaan
ekonomi mereka yang serba kekurangan. "Yah udah saya nekat aja, saya kerja
aja. Kamu bisa kerja apa? Kerja kantor juga gak bisa. Akhirnya saya nekat kerja
di tempat hiburan aja. Cobaan banyak disitu, kalo jujur sudah punya suami gak
dapat duit. Kita boongin dapat duit. Ngerayu-rayu tamu, kasir demi dapat duit
untuk anak," kenang Eva.
Demi kelangsungan
pengobatan dan hidup anaknya, Eva terus bekerja keras, namun tidak bagi Ayung.
Ia yang harusnya menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab, justru
bersenang-senang dengan melakukan berbagai macam judi. Istri dan salah seorang
anak yang sakit pun tidak diindahkannya.
Sedikit pun duka tidak
terlihat di wajahnya karena hatinya sudah mati karena judi. Tiga bulan setelah
kematian anak keduanya, seorang teman datang dan menitipkan seorang anak untuk
mereka besarkan. "Saya sayang sekali ia gemuk anaknya. Akhirnya kami rawat
dia sampai gede," ungkap Ayung.Sejenak, anak ini membawa tawa bagi mereka.
Namun, tawa itu tidak berlangsung lama karena sebuah musibah kembali membawa tangisan
dalam keluarga ini. Sang anak yang dititipkan saudaranya itu pun dipanggil
Tuhan.
"Saya langsung tanya
dia, tiap hari kalo saya panggil Aon padahal sih nama aslinya Ferry. "On,
ada apa? Pak capek, saya mau minum teh manis satu gelas gede yang besar. Pas
minum habis, dia udah gak ada," kenang Ayung.
"Ini anak kesayangan
saya, semua pada diambil, kenapa gak saya sekalian Tuhan," kata saya gitu.
Apa saya hidup, anak udah gak ada," kata Eva.
"Saya masih agak iklas
ya. Namanya juga sakit-sakitan mana mungkin anak ini bisa sampai gede,"
tambah sang suami.
Kematian telah merenggut
kedua anak mereka, bahkan kebahagiaan terus meninggalkan keluarga ini. Hubungan
antara Ayung dan Eva hari demi hari semakin memburuk. Keduanya saling tidak
peduli antara satu dengan yang lain.
Kepedihan semakin
menghancurkan keluarga ini. Sebuah borok yang Ayung simpan pun akhirnya
terkuak. Perselingkuhan yang selama ini ia jalani bersama seorang wanita
diketahui oleh sang istri. Ia tidak berkutik, mukanya pucat pasi dan lidahnya
kelu karena tidak dapat berkata apa-apa.
Hidup Eva telah hancur
seakan tak ada harapan lagi baginya. Bunuh diri menjadi pilihan akhir baginya.
Ketika hal itu dilakukan, sang suami datang bersama dengan selingkuhannya ke
rumah. Disana, mereka berdua memohon ampun atas apa yang telah dilakukan. Kematian
tidak menjadi akhir dalam hidup Eva, namun mampu mengubahnya menjadi pribadi
yang berbeda. "Anak saya yang kecil ini, saya pukulin. Saya lempar dia ke
luar rumah. "pergi kamu cepet, mama gak mau lihat muka kamu lagi,'"
Penderitaan dan air mata
sepertinya belumlah cukup menimpa keluarga mereka karena sebuah tangisan duka
kembali terdengar dalam keluarga ini. Si anak bungsu akhirnya meninggal karena
demam berdarah. Eva yang sadar akan perbuatannya selama ini, menangis
sejadi-jadinya sambil menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan kepada
anak yang paling terakhir dilahirkannya itu.
Duka itu terus menyayat
hati Eva. Kini hanya air mata dan rasa bersalah yang ia miliki. "Ampuni
kesalahan saya, saya banyak berdosa. Apa yang saya lakukan, kerja selama ini di
tempat hiburan. Sekitar jam 1-an, saya gak bisa tidur ada suara datang,
"terimalah Yesus dan selamatlah kamu,'.. Saya pikir suami saya yang
ngomong tapi saya lihat suami saya, tetapi dia tidur. Terus saya tahu, itu
Yesus. "Terima kasih Tuhan, saya mau terima Yesus, saya ingin serahkan
hidup saya," kata Eva.
Malam itu amarah dan
kebencian dalam dirinya pun luluh. Pengampunan terhadap suaminya pun mampu ia
lepaskan.
"Saya juga orang
berdosa Tuhan, kenapa saya egois. Kenapa saya gak ampuni suami saya? Ampuni
saya juga Tuhan, saya juga salah, saya mau ampuni suami saya. Tolong Tuhan,
tuntunlah suami saya dalam terang, jangan sampai ia melakukan itu lagi. Saya
juga akan lepaskan pekerjaan itu, saya gak mau bekerja di situ lagi,"
tambah wanita berkulit putih tersebut.
Doa terus Eva lakukan dan
perlahan mampu mengubah hidup Ayung. "Pagi itu sekitar jam 4, rencananya
saya mau pergi judi. Tetapi mendadak saya juga bingung kok saya bisa datang ke
gereja. Ketika berdoa, badan saya panas, gak enak. Saya pegang bangku dan saya
ada ngomong juga, "ya Tuhan, kalau memang hendak datang ke tempat ini,
tolong berikan kekuatan,'" kisah pendamping hidup Eva tersebut.
"Saat puji-pujian
dinaikkan, air mata saya turun. Rasanya Tuhan itu ada, Tuhan itu baik. Tuhan
itu masih mau mengasihi saya. Saya yang begitu banyak dosa, yang begitu
jahat, tetapi Dia tetap baik." Pagi itu menjadi titik perubahan bagi hidup
Ayung. Ia menjadi orang yang menyukai firman Tuhan. Dosa-dosa yang selama ini
dilakukannya, ditinggalkan dan dikubur dalam-dalam. Walaupun banyak godaan, ia
tahu bahwa Tuhan Yesus sanggup melepaskannya.
Perubahan terjadi dalam
hidup keluarga ini. Eva pun telah mampu menerima kepergian anak mereka. Air
mata duka yang sekian lama menyeliputi mereka kini telah berganti dengan tawa
sukacita. "Semenjak kenal Tuhan Yesus, rumah tangga saya dipulihkan, usaha
saya dipulihkan. Apapun yang saya lakukan, semua berhasil," kata
Ayung. "Saya bahagia dengan suami saya. Udah dipulihkan, hidup
rukun bahagia kayak pengantin baru aja," timpal Eva.
"Memang saya gak punya
anak, tetapi saya punya Tuhan yang luar biasa," ujar Ayung menutup
kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 3 Desember 2010 dalam acara Solusi
Life di O'Channel).