Ulangan 8 : 1 – 18
SETELAH
Kristofani (penampakan Yesus Kristus) pada hari Kamis 5 Mei 2016 kita
memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus ke Surga. Ia kembali untuk menyiapkan
tempat bagi kita, agar kelak kita bersamaNya. Selama Ia bersama kita secara
fisik sudah banyak yang Ia ajarkan untuk
dituruti sebagai tanda syukur atas karya penyelamatan yang telah disudahiNya.
Salah
satu ajaranNya yang masih dilanjutkan gereja yaitu setiap hari Minggu, di
berbagai gereja orang mengucapkan Doa Bapa Kami. Di dalam doa itu ada sebaris
kalimat yang berbunyi: "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya" (Matius 6:11).
Lalu selama hari Senin sampai Sabtu kebanyakan orang bekerja dan mencari uang
untuk membeli makanan. Kalau kita jujur, maka diam-diam, terkadang kita merasa
tidak perlu berterima kasih, dengan
berkata, "Allah, kami membeli sendiri semuanya ini, jadi kami tak perlu
berterima kasih kepada-Mu." Perilaku itu mari kita sibak dalam Ulangan 8
ini.
Bangsa
Israel mendapatkan anugerah/pemberian yang rasanya mustahil yaitu: Tuhan
membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Lalu Dia membawa mereka mengembara
di padang gurun selama empat puluh tahun. Bagi bangsa Israel padang gurun
adalah tempat transisi menuju Tanah Perjanjian, sekaligus tempat latihan perang
prajurit-prajurit Tuhan. Sebelum memasuki Tanah Perjanjian, yang penuh
berkat, berlimpah susu dan madu, Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk
mempersiapkan umatNya menjadi pribadi-pribadi tangguh dan berkualitas, sehingga
pada saatnya mereka menjadi prajurit Tuhan yang siap terjun ke medan peperangan
di Tanah Perjanjian. Selain itu padang gurun pun mendidik mereka untuk merendahkan hati mereka dan membuat mereka
berpegang pada perintah-Nya (ay. 2, "Ingatlah kepada seluruh perjalanan
yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat
puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk
mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada
perintah-Nya atau tidak).
Pada
akhirnya Tuhan membawa mereka untuk masuk ke tanah perjanjian yang penuh dengan
kelimpahan (ay. 7-10). Tuhan tahu, selalu ada kecenderungan melupakan diri-Nya
saat bangsa Israel hidup dalam kenyamanan, kemapanan dan kelancaran. Oleh
karena itu, Dia perlu memperingatkan mereka (ay.11, Hati-hatilah, supaya jangan
engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan
dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini. Lihat juga ayat
12-13). Melupakan Tuhan bukan hanya tidak lagi mengakui keberadaan-Nya, tetapi
juga berarti tidak lagi hidup menurut perintah-Nya dan menjadi tinggi hati
dengan menganggap segala yang mereka peroleh sebagai hasil kerja keras mereka
(ay. 12, 14).
Betapa
mudahnya memuji diri sendiri yang seolah telah mengusahakan hal-hal yang kita
perlukan, sampai akhirnya kita jatuh tersungkur karena mengalami kekurangan.
Dalam Ulangan 8:3,
Tuhan mengingatkan bangsa Israel akan masa kelaparan yang mereka derita di
padang gurun dan manna yang Dia berikan setiap hari agar mereka bertahan hidup.
Melalui pemeliharaan-Nya yang menakjubkan ini Allah membuktikan bahwa Dialah
sumber kehidupan dan pemelihara mereka. Dia ingin mereka ingat bahwa yang
memampukan mereka untuk memperoleh kekayaan adalah kuasa Allah, bukan kekuatan
mereka saja (ayat 17-18).
Penulis
Os Guiness menganjurkan agar dalam membangun kehidupan rohani, kita perlu
membuat daftar tentang kebaikan Allah dan bersyukur kepada-Nya setiap hari atas
sukacita yang tak terhitung jumlahnya. Hal ini dapat membantu kita untuk tidak
bergantung pada kekuatan diri sendiri. Kemudian dengan tulus kita dapat berdoa
kepada Bapa, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya."
dengan iman yang teguh kepada-Nya~~~Amin!
Oleh:
Pdt. Emr. M. Jack Karmani, S.Th
Sumber: Warta Jemaat Cetak JMO Edisi 1 Mei 2016
0 komentar:
Posting Komentar