Antara Ketaantan dan Gejolak Hati
Yehezkiel : 2 : 1 – 3 : 15
Menjelang
HR Pentakosta, mari kita perhatikan sekali lagi panggilan dan firman-Nya kepada
Yehezkiel. Sikap yang dituntut dari Yehezkiel adalah siap dan sigap (ayat 1, Firman-Nya kepadaku: "Hai anak
manusia bangunlah dan berdiri, karena Aku
hendak berbicara dengan engkau.), yang menandakan ketaatan yang tidak hanya
emosional namun ketaatan yang cerdas.
Tugas Yehezkiel berat sekali. Ia harus memberitakan firman penghukuman pada
bangsanya sendiri. Mirip dengan tugas yang Yeremia terima. Kita telah melihat,
visi kemuliaan-Nya sudah dinyatakan, lalu firman-Nya disampaikan (ayat 2:1-3:15). Urapan Roh Allah hadir pada Yehezkiel. LAI (TB, 1974) memakai "kembalilah rohku ke dalam aku",
namun terjemahan lebih tepat "Roh (Tuhan) memasuki aku" (ayat 2).
Tugas Yehezkiel yang berat dipaparkan demikian: Ia akan menghadapi bangsa yang mendurhaka
kepada Tuhan (ayat 3). Baik mereka maupun nenek moyang mereka telah berlaku
tidak setia kepada Tuhan. Kedurhakaan mereka diungkapkan lewat satu kata yang
berulang dipakai, pemberontak (ayat 3, 5, 6, 7, 8) dan dua kata yang menunjukkan karakter yang tidak mau diajar, yaitu keras kepala dan tegar hati.
Sebutan akrab TUHAN (Yahweh) pun hanya digunakan untuk menegaskan asal usul
firman yang harus Yehezkiel beritakan (ayat 4). Yehezkiel akan mengalami masa sulit dan berbahaya seperti orang yang
tinggal di tengah semak belukar yang berduri yang dihuni kalajengking yang
sangat berbisa (ayat 6). Tidak ada kepastian apakah Israel akan mendengarkan pemberitaan
Yehezkiel akan firman Tuhan atau tidak (ayat 5, 7). Ketaatan dan kecerdasan
diperlukan sebab tugas yang akan diemban bukanlah tugas yang ringan dan
mudah. Allah sendiri mengakui bahkan memahami hal itu sehingga Ia menyebutkan
berkali-kali karakteristik bangsa yang akan dilayani Yehezkiel (ayat 3-8). Namun Allah tidak hanya sebatas peduli, Ia juga akan selalu berada di
belakang Yehezkiel untuk menguatkan hati dan terus memompa semangatnya,
sehingga tugas Yehezkiel dapat dilaksanakan dengan baik (ayat 3:8-9, Dan engkau, anak manusia, dengarlah
apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak seperti
kaum pemberontak ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah
apa yang Kuberikan kepadamu." 2:9 Aku melihat, sesungguhnya ada tangan yang terulur
kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan kitab).
Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagi Allah
adalah Yehezkiel melaksanakan tugas dengan setia bukan pertobatan bangsa Israel
(ayat 5, Dan baik mereka mendengarkan
atau tidak--sebab mereka adalah kaum pemberontak --mereka akan
mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka). Ini tidak
berarti bahwa Allah hanya peduli kepada pelayan-Nya dan mengabaikan pertobatan
manusia, sebab tujuan misi Yehezkiel adalah agar bangsa Israel mengetahui bahwa
ada seorang nabi Allah di antara mereka dan bahwa mereka sudah diberi
kesempatan untuk bertobat. Suatu saat Allah akan datang untuk menghakiminya.
Respons Yehezkiel terhadap firman dan panggilan Allah
sangat indah yaitu ia taat secara total ketika diperintahkan untuk memakan
seluruh gulungan kitab (ayat 3:1-3). Apa yang dihasilkan oleh ketaatan Yehezkiel? Kekuatan Ilahi untuk mewartakan
firman-Nya walaupun isinya bertentangan dengan pengharapan bangsa Israel (ayat 3:1) serta kedamaian di dalam hidupnya (ayat 3:3). Emosi Yehezkiel juga bergejolak (ayat 3:14) yang disebabkan karena gabungan dua pemikiran yaitu ia merasakan ketidakadilan
Allah yang mengutus dirinya dengan tugas yang berat, serta ia
mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan Allah terhadap umat- Nya yang
senantiasa memberontak. Karena itu ia membutuhkan waktu untuk berdiam diri
selama 7 hari (ayat 3:15). Berdiam diri merupakan terapi
yang paling tepat bagi ketegangan emosi.
Situasi sulit yang dihadapi Yehezkiel tidak beda jauh
dengan situasi yang dihadapi kekristenan masa kini. Bangsa kita pun bangsa
pemberontak, keras kepala, dan tegar hati, walaupun Tuhan telah menegur dengan
berbagai cara: deraan gempa bumi, malapetaka alam maupun buatan manusia, dan
keterpurukan ekonomi yang semakin menjadi-jadi, dst. Sama seperti kepada Yehezkiel,
kita diperintahkan untuk tidak takut kepada manusia, sebaliknya taat, tidak
memberontak kepada penugasan Tuhan.
Kalau begitu : Banyak sekali saudara-saudara kita yang mempunyai panggilan seperti
Yehezkiel yaitu melayani orang-orang yang secara sengaja menentang dan
menantang Injil dan pelayanan Yesus Kristus. Emosi mereka seringkali juga
bergejolak. Berdoalah untuk mereka serta berikan persembahan kepada Allah
melalui mereka. ~~~Amin!
Oleh: Pdt. Emr. M. Jack
Karmany, S.Th
0 komentar:
Posting Komentar