"KEJAHATANKU MEMBAWAKU KE NUSAKAMBANGAN”
Oleh: Andre
Bangun
Nama saya Andre
Bangun. Saya tumbuh di dalam keluarga yang berantakan. Orang tua saya bercerai
dan mereka pun membuang saya. Sejak usia masih sangat muda, saya hidup di panti
asuhan. Jika beberapa orang menganggap enak dan nyaman tinggal di panti asuhan,
tetapi itu tidak berlaku bagi saya. Pasalnya, selama di sana saya sering di-bully
oleh para kakak senior.
Karena ketika kejadian saya
di-bully saya masih kecil, saya pun bingung bagaimana membalasnya. Namun,
di hati saya sudah terlecut sebuah keinginan jika nanti saya sudah besar, saya
akan membalaskan dendam membara saya dan membuktikan kepada mereka siapa saya
sebenarnya.
Waktu bergulir, saya pun beranjak
menjadi remaja yang nakal. Tidak ada satu pun yang saya takuti. Jika ada orang
mencari masalah dengan saya maka darah adalah tanggungannya. Suatu hari karena
aksi penusukan yang saya buat kepada lawan saya, saya dikeluarkan dari sekolah
dan diusir dari panti asuhan. Bukannya sedih, saya justru senang karena saya
dapat hijrah ke Jakarta.
Setiba di Ibukota saya dan teman
SMA saya sudah langsung menyaksikan berbagai kejahatan yang terjadi mulai dari
penodongan sampai dengan perampasan. Di dalam pikiran saya betapa mudah
mendapatkan uang di Jakarta. Akhirnya, tanpa perlu waktu lama, saya dan teman
nekat menjadi pencopet.
Sekali lolos, dua kali lolos, aksi
kriminal saya diketahui oleh pihak berwajib. Karena kejahatan yang saya buat,
saya pun ditahan dan dimasukan ke dalam penjara selama 6 bulan. Selama berada
di hotel prodeo, saya jadi suruhan tahanan-tahanan senior. Bukan hanya
diperintah ini dan itu, saya bahkan diminta untuk menjadi provokator keributan
di penjara.
Setengah tahun berlalu, saya
menghirup udara bebas. Hanya waktu saya di luar penjara tidaklah lama. Sebab
karena kejahatan yang saya buat saya kembali masuk ke dalam penjara. Hal itu
terus berulang sampai keputusan hakim mengantarkan saya ke Lembaga
Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap. Selama berada di Nusakambangan, hati
saya mulai gelisah. Gelisah bukan karena mendapat perlakuan buruk dari sipir,
tetapi gelisah melihat kehidupan saya yang keluar masuk penjara/Lapas.
Pergumulan batin selama setengah tahun di Lapas Nusakambangan membawa saya
kepada satu keputusan bahwa kehidupan saya di penjara ini adalah kehidupan saya
yang terakhir.
Ketika masa tahanan telah selesai
saya lewati, saya pun mendatangi sebuah acara ibadah rohani. Di sanalah saya
berkenalan dengan seseorang yang pada akhirnya memperkenalkan saya dengan
pengelola tempat pemulihan bagi para tahanan dan orang-orang terbuang seperti
saya.
Hari demi hari yang saya lalui di dalam tempat
pemulihan itu membawa saya kepada pengenalan akan Isa Almasih lebih lagi. Di
sanalah juga hidup saya dipulihkan dan benar-benar merasakan kasih-Nya sampai
sekarang. Atas semua hal yang saya terima ini, sungguh saya bersyukur kepada
Isa Almasih.
0 komentar:
Posting Komentar