PENYIMPANGAN SEKSUAL MAKIN MENCENGKERAM
Pdt. Emr. Messakh Jack Karmany,
S.Th
BEBERAPA TAHUN LALU, saya mengutarakan fenomena
darurat kekerasan sexual, human trafficking (perdagangan manusia), dan
merosotnya kualitas lingkungan hidup, banyak orang tidak merasa resah dan
‘pusing’ seperti hari ini. Khusus masalah seksualitas kini semakin heboh,
karena media massa atau media sosial sudah menyajikkan bisnis seks ON LINE,
film porno, kaset video, acara-acara TV, buku-buku, majalah maupun surat-surat
kabar, media yang saat ini bukan saja terbatas dalam jangkauan orang dewasa,
tetapi dengan mudah sudah bisa dilihat oleh anak-anak kecil. Arus informasi
seksualitas melalui media massa lebih didominasi oleh pandangan seksualitas
yang kacau dan bebas, sedang dikalangan gereja hal ini kurang dibicarakan
secara terus terang, lebih-lebih dikalangan gereja yang berlatar belakang
Injili, soal ini memang sering malah ditutupi dan dianggap tabu untuk
dibicarakan. Gereja terus menganggap tabu untuk dibicarakan? Tidak!, Gereja
harus berterus terang –walau hati-hati--- membicarakan tentang hal ini.
I. APA KATA ALKITAB TENTANG SEXUALITAS?
Dalam kitab Kejadian kita melihat bahwa masalah
seksualitas manusia itu berkaitan erat dengan penciptaan Adam dan Hawa.
Diciptakannya perbedaan jenis ini merupakan anugerah Allah yang diberikan
kepada manusia sesuai dengan tugasnya dalam menjalankan misi hidup manusia di
dunia ini. Adanya dua jenis kelamin dan sifat-sifat perkelaminan (seksualitas)
bukanlah akibat dari dosa seperti yang dipandang oleh faham-faham tertentu,
tetapi seksualitas adalah bagian dari proses penciptaan Allah yang pada
dasarnya baik adanya!
Memang kejatuhan manusia dalam dosa telah
menyimpangkan maksud-maksud yang baik itu dan menjerumuskan manusia pada
maksud-maksud yang tidak baik, maka tugas kita adalah mengembalikan
penyimpangan seksualitas itu pada hakekat seksualitas yang benar. Maksud
terakhir Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis adalah agar manusia
menggunakan seksualitas itu untuk "berkembang biak" (Kejadian 1:28), yaitu untuk "menghasilkan anak/keturunan" (prokreasi).
Jelas bahwa menurut firman Tuhan, seksualitas tidak
bisa dilepaskan dari perpaduan Pria dan Wanita yang dijodohkan Allah. Memang
kenyataannya, sejak kejatuhan manusia dalam dosa yang akibatnya digambarkan
dalam Alkitab sebagai perubahan anatomi seksual pada wanita dengan pengalaman
sakit dalam proses kelahiran bayi, timbulnya birahi dikalangan wanita dan
adanya dominasi pria terhadap wanita (male chauvinist), maka kita melihat terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang makin menjauh dari maksud Allah menciptakan
seksualitas itu!
II. BEBERAPA PENYIMPANGAN SEXUAL MASA KINI.
Dengan merujuk pada paparan
Abnormalitas Seksual
oleh Ir. Herlianto, MTh saya menyebutkan
beberapa penyimpangan sexual berikut:
Pornografi dimaksudkan
untuk menyebutkan hal-hal yang bersifat cabul, yaitu hal-hal yang secara etis
dianggap tidak patut untuk didengar atau dilihat (pornea = najis). Pornografi memang dikaitkan dengan khususnya
seksualitas, yaitu pengungkapan sesuatu (biasanya ketelanjangan) yang dapat
merangsang nafsu birahi bagi yang melihat atau mendengarnya.
Pornografi ini dapat bersifat lunak (soft porn) yaitu misalnya hanya menunjukkan atau
mengungkapkan gambaran atas foto sebagian tubuh manusia yang terbuka atau
telanjang, tetapi dapat juga bersifat
keras (hard porn) yang mengungkapkan secara terang-terangan hubungan
seksual, bahkan lebih lagi pengungkapan adegan seksual yang aneh atau abnormal
(homoseks, sadisme). Pornografi saat ini makin meluas tanpa terbendung lagi
lewat media massa baik tertulis, melalui foto-foto kalender maupun majalah-majalah,
dan lebih efektif lagi secara hidup ditonjolkan melalui media film, video dan
acara TV umum. Di negara-negara maju atau modern sudah banyak dibuka di
toko-toko yang memperagakan dan menjual barang-barang cabul secara terbuka
(seks shop) bahkan mempertunjukkan hubungan seksual secara hidup (life Show)!
Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa pornografi yang
merangsang nafsu birahi itu merusak hakekat seksualitas yang dimaksudkan Tuhan,
sebab perangsangan nafsu itu bukan cuma tidak berkaitan dengan hubungan
seksualitas tetapi juga tidak dikaitkan dengan hakekat manusia sebagai pribadi
dan sebagai gambar Allah yang berhubungan kasih dengan jodoh yang telah
dikaruniakan. Rangsangan pornografi yang membakar hawa nafsu itu bukan saja
merusak pikiran dan perasaan yang terkena, tetapi juga mendorong seseorang untuk
terjerumus kedalam dosa-dosa lainnya seperti masturbasi, perzinahan, pelacuran,
perkosaan dan penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya.
Menghadapi invasi pornografi yang makin hebat dewasa
ini umat Kristen jangan hanya bersikap defensif/bertahan dalam arti kata
hanya menghindari pengaruh pornografi itu, tetapi harus secara aktif melakukan ofensi
dengan ikut serta dalam usaha-usaha pemerintah dalam pemberantasan literatur
porno maupun kaset video porno, dengan demikian kita dapat ikut secara aktif
pula memelihara moralitas masyarakat khususnya umat Tuhan dengan generasi
mudanya.
Yang dimaksudkan dengan
Masturbasi adalah perbuatan yang berusaha menyalurkan hasrat seksual dan
mencapai kenikmatan seksual di luar hubungan seksual yang wajar, yaitu
merangsang alat kelamin sendiri.Lebih luas dari pengaruh pornografi, Masturbasi
dilakukan oleh banyak orang dan lebih bersifat perilaku umum, setidaknya oleh
mereka yang mengalami kematangan seksual dan dorongan nafsu khususnya
dikalangan pria yang lebih mudah terangsang daripada wanita. Pornografi banyak
berpengaruh dalam kehidupan muda-mudi yang belum menikah, karena itu memerangi
kebiasaan masturbasi harus dilakukan sejalan dengan usaha memerangi pornografi
karena saling berkaitan.Orang yang menganggur dan pelamun akan lebih mudah
terpengaruh kebiasaan buruk ini, karena itu meningkatkan kesibukan baik berupa
olah raga dan menyibukkan diri akan sangat mengurangi kebiasaan yang buruk ini.
Kecaman bahwa perbuatan ini sebagai dosa terkutuk yang
mengakibatkan kegilaan tidaklah bijaksana, karena kebiasaan ini biasanya
terjadi karena proses rangsangan yang panjang, karena itu doa mohon kekuatan
dari Tuhan untuk menumbuhkan kekuatan rohani dari dalam dan usaha menghindarkan
pengaruh rangsangan pornografi serta keterlibatan dalam aktivitas yang sehat
akan sangat membantu seseorang mengatasi kebiasaan buruk itu.
Penyimpangan
seks banyak terjadi dalam bentuk perzinahan (bisa juga termasuk
Perselingkuhan), yaitu melakukan hubungan seksual dengan pasangan di luar
pernikahan yang sah. Sudah jelas pula bahwa hubungan demikian adalah hubungan
yang utuh, sebab dalam perzinahan, seseorang telah merusakkan hubungan yang
wajar yang sesuai dengan maksud Tuhan dan menjadikan nafsu dan hati mendua
sebagai berhalanya.
Perzinahan merusakkan hubungan partnership antara
suami dan isteri dan menggantikannya dengan hubungan gelap, karena itu dalam
Alkitab, perzinahan dan poligami disebut sebagai penyembahan berhala. Di
samping tiadanya hubungan partnership yang saling mengasihi secara utuh dalam
perzinahan dan lebih tertuju pada nafsu birahi dan hati yang bercabang, umumnya
hubungan di luar hukum demikian yang dilakukan secara gelap dan
sembunyi-sembunyi berusaha selalu menghilangkan jejak dengan cara melakukan
pembunuhan janin (abortus) bila
misalnya hubungan itu menghasilkan kehamilan, dan bila hubungan zinah itu
dibiarkan berlarut-larut dan tidak diselesaikan dengan segera dan tuntas, hal
ini akan mengakibatkan pecah dan retaknya hubungan keluarga yang sah atau
menjurus pada permaduan yang dalam Alkitabpun sudah banyak contoh menunjukkan
akibat-akibat negatif berupa kehidupan keluarga yang kacau, pertentangan antara
kedua rival (ingat kasus Hanna isteri Elkana; I Samuel 1) atau Kisah Isak (anak Sara) dan Ismael (anak dari
Hagar), dll.
4. PROSTITUSI.
Hal yang lebih menyesatkan lagi adalah
kebiasaan "Melacur" (prostitusi).
Bila perzinahan dilakukan dengan pasangan gelap
tertentu atau terbatas, pelacuran dilakukan dengan pasangan yang bebas tidak
dikenal dan sifat hubungan makin merosot hanya terbatas pada pemuasan nafsu dan
kebutuhan akan uang saja. Sudah jelas bahwa hubungan melalui pelacuran
merupakan usaha merusak hubungan seksualitas yang diamanatkan Allah, karena
cinta kasih disini yang seharusnya bersifat agape
dan philia sudah digantikan dengan sekedar nafsu erotis (eros). Pasangan seksual tidak dihargai sebagai
pribadi, tetapi hanya sebagai barang dagangan, benda ekonomi yang tidak dipakai
lagi bila sudah dicicipi.
Pelacuran bukan saja menimbulkan dampak negatif bagi
segi rohani dan kejiwaan, tetapi secara jasmani menimbulkan kerusakan yang
sering mengerikan, sebab pelacuran membuka jendela secara lebar ke arah
penularan penyakit-penyakit kelamin
(VD=Venerial diseases) seperti Ganorhoe, Syphilis dan bahkan AIDS yang
membawa kematian, lebih-lebih pasangan yang terkena penyakit kelamin yang hanya
menular melalui hubungan seksual ini biasanya menularkan penyakit itu ke anak
yang dikandung mengakibatkan cacat, kebutaan dan lainnya.
Dosa percabulan banyak disinggung oleh Paulus dalam
surat-suratnya, bahkan dalam surat I Korintus, 3 fasal (fasal 5-7) digunakan untuk menasehati jemaat Korintus agar memuliakan Allah dengan
tubuh kita dengan cara menjauhi percabulan (I Korintus 6:19-20).Seringkali umat Kristen terlalu menyorot rendah
hanya pada wanita yang melacurkan diri, padahal langganan pelacur itu sendiri
sama besar dosanya dan dikritik oleh Paulus sebagai orang yang berdosa kepada
Tuhan.
Gereja-gereja Kristen sering terlalu sibuk dengan
urusan rutin yang bersifat liturgis dan sakramen sehingga melupakan bahwa
pendidikan seksual sangat dibutuhkan oleh jemaat masa kini. Bila dahulu hal
demikian dianggap tabu, dalam situasi dunia bebas masa kini, justru harus
dengan tekun dan rajin dilakukan untuk mencari jawab Tuhan atas masalah-masalah
seksual yang banyak dihadapi jemaat Tuhan masa kini. Perzinahan juga sering
terjadi sebagai akibat hubungan suami isteri yang tidak harmonis, karena itu
persiapan dan pembinaan bagi jemaat yang memasuki perkawinan maupun bagi suami
isteri yang sudah terikat perkawinan perlu dilakukan dengan rajin karena masa
kini godaan dunia begitu besar khususnya dalam segi penyimpangan seksual.
Sering terjadi bahwa kejatuhan orang Kristen dalam
dosa seksual adalah dikarenakan ketidaktahuan, karena itu pendidikan dan
pembinaan seksual harus merupakan bagian dari pembinaan rohani jemaat Kristen
dalam rangka memerangi informasi-informasi seksual yang menyesatkan yang dengan
rajin dan gencar dikampanyekan oleh anak-anak kegelapan masa kini melalui media
massa. Ada gereja-gereja yang telah menyelenggarakan kateksasi pernikahan atau
seminar pernikahan (semacam Marriage
Encounter dalam Roma Katolik) yang benar-benar berdasarkan firman Tuhan;
hal ini perlu makin gencar dibudayakan dalam misi kristiani agar kita dapat
menyiapkan generasi umat Kristen yang baik dan kudus. Orangtua kristen harus
rela memberikan kesempatan agar anak-anaknya dibina dalam kursus pra nikah,
dengan tidak mendesak gereja terpaksa menikahkan anaknya yang ‘terlanjur salah
jalan’ hamil. Kalau terus begini, bagaimanakah hari esok?~~~bersambung minggu
depan